Kenaikan Ekspor DIY/Foto: Ilustrasi
TUGUJOGJA – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Herum Fajarwati mengungkapkan bahwa nilai ekspor Daerah Istimewa Yogyakarta selama Januari hingga Mei 2025 mencapai US$222,89 juta.
Angka ini naik 10,57 persen daripada periode sama tahun 2024 yang hanya mencapai US$201,58 juta.
Kenaikan Ekspor DIY
Herum menegaskan bahwa Amerika Serikat menjadi negara tujuan ekspor terbesar. Nilai ekspor DIY ke negara tersebut mencapai US$93,03 juta atau setara 41,74 persen dari total ekspor DIY. Jerman menyusul di urutan kedua dengan nilai ekspor US$28,65 juta, sementara Jepang menempati urutan ketiga dengan nilai ekspor US$18,88 juta.
Herum menyebut Vietnam mencatat kenaikan persentase tertinggi hingga 322,45 persen daripada periode sama tahun lalu. Namun, Belanda justru mengalami penurunan ekspor terbesar yaitu 13,23 persen.
BPS DIY mencatat bahwa pakaian dan aksesorinya bukan rajutan menjadi komoditas ekspor terbesar dengan nilai US$85,01 juta atau berkontribusi 38,14 persen terhadap total ekspor DIY. Pakaian rajutan menyumbang US$29,13 juta, barang dari kulit samak US$24,49 juta, dan perabotan, lampu, serta alat penerangan US$23,41 juta.
Herum menjelaskan bahwa sektor industri pengolahan mendominasi ekspor DIY dengan kontribusi 99,36 persen. Sementara itu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang 0,64 persen.
Nilai ekspor produk pertanian selama Januari-Mei 2025 naik 18,18 persen daripada periode sama tahun lalu, sedangkan industri pengolahan naik 10,53 persen.
BPS DIY juga mencatat bahwa pelabuhan muat di Jawa Tengah menjadi jalur utama ekspor DIY dengan kontribusi 73,68 persen. DKI Jakarta menempati urutan kedua sebesar 25,13 persen, Jawa Timur 1,02 persen, dan Bali 0,17 persen.
Impor DIY
Sementara itu, nilai impor DIY selama Januari-Mei 2025 mencapai US$77,59 juta, naik 26,16 persen daripada periode sama tahun lalu. Herum menuturkan bahwa Tiongkok menjadi negara pemasok terbesar dengan nilai US$30,07 juta, diikuti Hongkong US$15,38 juta dan Amerika Serikat US$12,77 juta.
Menurut Herum, golongan kain rajutan menjadi barang impor terbesar pada Mei 2025 dengan nilai US$3,90 juta. Filamen buatan menempati urutan kedua sebesar US$1,39 juta dan kain tekstil dilapisi atau dilaminasi mencapai US$0,91 juta.
BPS DIY mencatat bahwa barang konsumsi naik 63,01 persen, sementara bahan baku atau penolong turun 21,37 persen, dan barang modal anjlok 69,00 persen daripada Mei 2024.
Herum menegaskan bahwa neraca perdagangan DIY pada Mei 2025 mengalami surplus US$34,86 juta, naik dari Mei 2024 yang surplus US$28,27 juta. Ia menekankan bahwa kenaikan ekspor yang konsisten menjadi pendorong utama surplus ini, meskipun impor juga meningkat cukup signifikan. (ef linangkung)