
TUGUJOGJA – Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, langsung bergerak cepat membenahi Kota Yogyakarta sejak awal masa kepemimpinannya. Ia mendorong seluruh perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogya untuk meluncurkan program baru melalui kebijakan quick wins.
Wali Kota Yogyakarta menegaskan bahwa ia akan memberikan teguran kepada perangkat daerah yang tidak mampu menghadirkan program inovatif dalam 100 hari kerja. Ia menargetkan program yang berdampak langsung terhadap peningkatan kinerja pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat.
100 Proyek dalam 100 Hari
“Seluruh perangkat daerah saya minta membuat program baru yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat dan memperbaiki sistem pemerintahan,” tegasnya.
Komitmen tersebut menghasilkan capaian signifikan. Pemkot Yogyakarta berhasil menciptakan 100 proyek perubahan hanya dalam waktu 100 hari.
Salah satu inovasi yang langsung terlihat dampaknya adalah penanganan masalah sampah. Sebelum menjabat, tumpukan sampah menjadi persoalan serius di Kota Yogyakarta.
Usai pelantikan, Wali Kota langsung memerintahkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogya untuk membersihkan seluruh tumpukan sampah. Hasilnya, dalam waktu kurang dari 100 hari, seluruh depo sampah di Kota Yogya bersih dari penumpukan.
Selain urusan sampah, Wali Kota juga memprioritaskan penguatan keluarga sebagai bagian dari pengembangan sumber daya manusia (SDM). Pemkot Yogyakarta meluncurkan program Puspagatra Ngetren (Pusat Pembelajaran Keluarga) dan Satyagatra Hangayomi Kemantren yang bertujuan memperkuat ketahanan keluarga.
“Program ini kami hadirkan agar keluarga di Kota Yogya menjadi fondasi masyarakat yang harmonis dan berdaya,” jelasnya.
Untuk menekan angka stunting dan kematian ibu, Pemkot Yogyakarta juga menggagas program satu kampung satu bidan. Selain itu, pihaknya menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan rutin gratis bagi lansia di seluruh wilayah kota.
Di sektor ekonomi, Wali Kota menggandeng para perajin batik untuk menciptakan batik Segoro Amarto Reborn sebagai identitas khas Kota Yogyakarta.
Pemkot mewajibkan seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pelajar dari tingkat SD hingga SMP mengenakan batik tersebut setiap minggu.
“Dengan program ini, kami ingin memperkuat ekonomi kreatif dan membangun kebanggaan terhadap identitas lokal,” ujarnya.
Rangkaian inovasi ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari Antin Suprihatin, Kepala Dinas Perindagkop dan UKM Kota Singkawang. Ia mengaku terinspirasi oleh langkah-langkah inovatif Wali Kota Yogya.
“Saya sangat kagum dan terinspirasi dengan berbagai program Pak Hasto. Kami berencana meniru kebijakan batik khas daerah ini di Singkawang,” katanya.
Langkah cepat, terukur, dan menyentuh langsung kebutuhan masyarakat menunjukkan komitmen Wali Kota Yogyakarta dalam menciptakan perubahan nyata di Kota Gudeg. (ef linangkung)