
TUGUJOGJA – Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) terus berjuang melindungi generasi muda dari ancaman bencana.
Namun, keterbatasan anggaran menampar keras program mitigasi bencana di sekolah. Tahun 2025 ini, Dinsosnakertrans hanya mampu menyasar 14 Sekolah Dasar (SD) dari ratusan sekolah yang tersebar di Kota Gudeg.
Program Taruna Siaga Bencana
Kepala Seksi Perlindungan Sosial Dinsosnakertrans Kota Yogyakarta, Thissani Indian Musi, mengungkapkan fakta pilu tersebut. Thissani mengatakan pihaknya melaksanakan program Taruna Siaga Bencana (Tagana) Masuk Sekolah.
Tujuan program tersebut adalah menanamkan kesadaran dan kesiapsiagaan menghadapi bencana sejak dini. Namun, keterbatasan anggaran mengebiri langkah mereka.
“Kami merancang program ini agar anak-anak SD memahami bencana sedini mungkin. Kami sudah melaksanakan program di tujuh sekolah, dan akan melanjutkan di tujuh sekolah lain hingga akhir tahun,” ujar Thissani.
Thissani menegaskan, pihaknya menggandeng relawan Tagana yang dibina langsung Kementerian Sosial untuk melaksanakan penyuluhan, visualisasi materi, hingga simulasi lapangan.
Tagana memiliki kompetensi dapur umum, layanan psikososial, dan pengelolaan pengungsian. Mereka turun langsung ke sekolah, melatih siswa menghadapi bencana tanpa rasa takut.
“Anak-anak SD memiliki memori kuat. Kami mengajarkan simulasi gempa bumi, jalur evakuasi, dan titik kumpul. Jadi, kami ingin mereka tidak panik saat bencana datang. Kami melatih mereka agar bisa menjadi pemimpin evakuasi bagi teman-teman dan keluarganya,” tegas Thissani.
Hambatan Program
Ia menambahkan, program ini lahir dari MoU Kementerian Sosial dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2019 tentang mitigasi bencana pada satuan pendidikan melalui program Tagana Masuk Sekolah. Namun, implementasi di lapangan selalu berbenturan dengan masalah klasik: anggaran terbatas.
“Jika anggaran memadai, kami ingin menjangkau PAUD hingga SMP. Namun tahun ini kami fokus ke SD dulu karena jumlahnya banyak di Kota Yogyakarta,” kata Thissani.
Di sisi lain, SMP BOPKRI 1 Yogyakarta turut merasakan manfaat besar program ini. Staff Tata Usaha SMP BOPKRI 1, Prima Mahardika Sukmana, menuturkan sekolahnya menyambut antusias program Tagana Masuk Sekolah.
“Beberapa waktu lalu siswa kami mengikuti praktik penanganan gempa bumi dan sosialisasi kebakaran. Mereka sangat antusias. Program ini membuat mereka tahu langkah yang harus diambil saat bencana datang,” ujar Sukmana saat diwawancarai pada Selasa (22/7/2025)
Sukmana berharap, program mitigasi bencana ini tidak berhenti di tengah jalan. Ia meminta pemerintah memperluas cakupan agar seluruh sekolah di Kota Yogyakarta siap menghadapi bencana kapan saja.
“Kami ingin semua sekolah mendapat kesempatan yang sama. Jangan sampai hanya beberapa sekolah yang mendapat pelatihan. Keselamatan anak-anak harus menjadi prioritas utama,” pungkas Sukmana. (ef linangkung)