
TUGUJOGJA – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kini menghadapi tantangan demografis signifikan dengan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) yang mencapai 17,4 persen dari total populasi.
Tingginya angka harapan hidup, yang rata-rata menyentuh 75 tahun, menuntut strategi konkret dan kolaboratif untuk mewujudkan DIY sebagai Kawasan Ramah Lansia.
Dalam peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2025, Pemerintah Daerah DIY menegaskan komitmennya melalui penerapan Perda No. 3 Tahun 2021 dan Pergub No. 4 Tahun 2024.
Namun, regulasi saja tidak cukup. Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, menekankan pentingnya sinergi lintas sektor untuk menghadirkan ekosistem yang mendukung kesejahteraan lansia.
Perlu Kolaborasi
“Sebaik apapun, sekeras apapun usaha pemerintah, jika tidak ada kolaborasi dari masyarakat, dunia usaha, dan komunitas lansia itu sendiri, maka keberhasilannya tidak akan maksimal. Ini memerlukan kolaborasi nyata agar DIY benar-benar menjadi kawasan ramah lansia,” tegas Sri Paduka dalam Seminar dan Lokakarya HLUN 2025 di Gedung Bapperida, Rabu (28/05).
Acara ini mengusung tema Layanan Kesehatan dan Sosial Menuju DIY sebagai Kawasan Ramah Lansia. Penyelengggaranya adalah Komisi Daerah (Komda) Lansia DIY bekerja sama dengan Yayasan Karinakas Yogyakarta.
Sri Paduka menyoroti bahwa dominasi sektor informal dalam perekonomian DIY menjadi tantangan tersendiri. Ia menekankan pentingnya kesadaran kolektif dalam merespons pergeseran demografi ini.
Tantangan Lansia DIY
“Angka 17,4 persen penduduk lansia menunjukkan tantangan besar bagi kita semua, terlebih karena sektor informal masih mendominasi. Ini bukan sekadar soal angka, tapi bagaimana kita menyiapkan layanan publik yang inklusif,” ujar Sri Paduka.
HLUN setiap 29 Mei, menurut Sri Paduka juga menjadi momentum untuk menghargai peran historis lansia serta memperkuat perlindungan dan pemberdayaan mereka di masa kini.
“Sosok seperti Dr. KRT Radjiman Wediodiningrat membuktikan bahwa di usia lanjut pun seseorang masih bisa berkontribusi besar. Para lansia layak mendapatkan ruang sosial, layanan kesehatan, dan transportasi yang ramah,” tambahnya.
Dalam semangat yang sama, Sri Paduka memberikan apresiasi kepada Komda Lansia DIY dan Yayasan Karinakas atas penyelenggaraan seminar ini. Ia menyebut tema yang diangkat sangat relevan untuk memperkuat komitmen bersama.
Ia mengajak semua pihak untuk merawat karakter bangsa ini dengan terus menghargai dan memberdayakan lansia.
“Masa tua yang sejahtera bukan hanya tentang umur panjang, tetapi bagaimana mereka tetap dihormati, dicintai, dan merasa bermakna,” ungkap Sri Paduka.
Sementara itu, Ketua II Komda Lansia DIY, Sulistyo, menekankan pentingnya HLUN sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada orang tua yang telah berjasa. Ia menyebut Hari Lanjut Usia adalah momen reflektif.
“Kita harus menanamkan rasa hormat dan cinta kepada para lansia, karena merekalah yang telah membesarkan kita,” ujar Sulistyo.
Ia berharap, melalui pengawalan regulasi dan sinergi multipihak, kualitas hidup para lansia di DIY terus meningkat. Sehingga bisa membawa kehidupan lansia DIY ke arah yang lebih baik dan lebih sejahtera. (ef linangkung)