
TUGUJOGJA -Sutradara sekaligus pendiri JAFF – Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Garin Nugroho, menekankan pentingnya sinema sebagai alat diplomasi antarbangsa serta peran strategis festival film dalam membuka ruang investasi dan kerja sama budaya.
Dalam sesi bertajuk “Film Festivals as a Cultural Bridge: Strengthening Diplomacy and Investment in Creative Industries”, Garin menegaskan bahwa film bukan hanya karya seni, tetapi juga instrumen diplomasi yang mampu membangun jembatan antarnegara dan memperkuat posisi industri kreatif dalam skala global.
“Jogja selama ini sudah menjadi kota diplomasi, terutama melalui banyaknya institusi pendidikan. Maka, menjadi kota festival juga berarti memperluas ruang diplomasi melalui budaya,” ujar Garin.
Lebih lanjut, Garin menjelaskan bagaimana JAFF telah menjadi ekosistem pendukung bagi komunitas film independen. Festival ini telah mendorong lahirnya karya-karya film indie dari Yogyakarta yang kini mulai diakui secara internasional.
“JAFF telah menjadi medium diplomasi Indonesia ke Asia dan dunia, terutama dalam menyuarakan keberagaman dan inklusi. Festival film, pada dasarnya, selalu mengandung unsur diplomasi, dialog, kolaborasi, dan partisipasi,” ungkapnya.
Menurut Garin, kekuatan sinema terletak pada kemampuannya menyampaikan pesan secara emosional lintas batas budaya dan bahasa. Melalui festival seperti JAFF, Indonesia tidak hanya memamerkan kreativitas, tetapi juga mengundang kerja sama investasi di sektor industri kreatif.
Dengan rekam jejak yang terus berkembang, JAFF kini menjadi salah satu festival film paling berpengaruh di Asia Tenggara, menjadikan Yogyakarta sebagai simpul diplomasi budaya yang strategis.***