
TUGUJOGJA – Malam 1 Suro selalu menjadi momen istimewa yang menyimpan banyak cerita mistis dan tradisi sakral dalam budaya Jawa.
Di balik kesunyian dan suasana khidmatnya, malam ini dipercaya sebagai waktu yang sangat sakral dan penuh makna spiritual.
Tak hanya disambut dengan ritual-ritual seperti Tapa Mbisu, Jamasan pusaka, dan Siraman, malam ini juga sarat dengan berbagai pantangan dan mitos yang masih dipercaya hingga kini.
Mengacu pada Kalender Bank Indonesia tahun 2025, malam 1 Suro 1959 Dal jatuh pada Kamis Wage malam atau malam Jumat Kliwon, 26 Juni 2025. Sedangkan hari 1 Suro sendiri dimulai pada Jumat Kliwon, 27 Juni 2025.
Dalam pandangan masyarakat Jawa, perpaduan antara Jumat Kliwon dan malam Suro dianggap sebagai waktu yang sangat kuat secara spiritual, sehingga banyak ritual dilakukan untuk menolak bala dan meraih berkah.
Lantas, apa saja mitos-mitos yang masih melekat erat dengan malam 1 Suro?
Berikut adalah tujuh mitos populer yang masih hidup dalam ingatan dan kepercayaan masyarakat Jawa:
1. Tidak Dianjurkan Mengadakan Pernikahan
Salah satu mitos yang paling dikenal adalah larangan untuk melangsungkan pernikahan selama bulan Suro, khususnya pada malam 1 Suro.
Banyak masyarakat yang percaya bahwa menggelar acara pernikahan pada bulan ini bisa membawa malapetaka, mulai dari rumah tangga yang tidak harmonis hingga musibah lainnya.
Oleh karena itu, sebagian besar pasangan memilih untuk menunda pernikahan mereka dan menunggu bulan lain yang dianggap lebih baik.
2. Pantangan Membangun Rumah
Membangun rumah pada bulan Suro juga diyakini sebagai hal yang sebaiknya dihindari.
Menurut kepercayaan turun-temurun, konstruksi rumah yang dimulai pada bulan ini tidak akan membawa keberuntungan.
Sebaliknya, rumah tersebut dipercaya akan menghadirkan kesulitan bagi penghuninya, baik secara ekonomi maupun dalam kehidupan keluarga.
3. Tidak Disarankan Pindah Tempat Tinggal
Tidak hanya pembangunan rumah, aktivitas pindah rumah juga termasuk dalam daftar pantangan selama bulan Suro.
Keyakinan masyarakat menyebutkan bahwa pindah rumah di waktu ini dapat membawa aura negatif dan mengundang berbagai gangguan, baik secara fisik maupun spiritual.
Maka tidak heran jika banyak orang memilih menunda proses pindahan hingga bulan berikutnya.
4. Arwah Leluhur Diyakini Pulang ke Rumah
Salah satu kepercayaan yang masih dijaga hingga sekarang adalah keyakinan bahwa arwah leluhur kembali ke rumah pada malam 1 Suro.
Karena itu, sebagian masyarakat melakukan doa-doa khusus atau ritual penghormatan sebagai bentuk sambutan dan penghargaan kepada para leluhur yang telah tiada.
Tradisi ini mencerminkan kedekatan spiritual antara generasi saat ini dengan leluhur mereka.
5. Menjaga Lisan: Dilarang Berkata Kasar
Malam 1 Suro juga dipandang sebagai waktu untuk menjaga perilaku dan lisan.
Masyarakat Jawa meyakini bahwa berkata kasar, mengumpat, atau melakukan tindakan negatif akan mengundang energi buruk yang mengganggu kesucian malam tersebut.
Oleh karena itu, malam ini dimanfaatkan untuk lebih banyak diam, berzikir, atau melakukan perenungan spiritual.
6. Bepergian Malam Hari Dianggap Membawa Kesialan
Larangan bepergian saat malam 1 Suro menjadi mitos yang paling sering disebut.
Masyarakat percaya bahwa keluar rumah pada malam ini bisa mengundang celaka atau hal-hal mistis yang tidak diinginkan.
Kepercayaan ini mendorong banyak orang untuk lebih memilih tinggal di rumah, beribadah, atau mengikuti kegiatan adat ketimbang keluar rumah.
7. Dianjurkan Tidak Berisik dan Banyak Bicara
Kesunyian malam 1 Suro dianggap sebagai simbol kekhusyukan.
Di Yogyakarta, misalnya, ada tradisi Tapa Mbisu yang dijalankan oleh para abdi dalem keraton.
Mereka melakukan ritual berjalan kaki mengelilingi benteng Keraton tanpa berbicara sepatah kata pun.
Hal ini menjadi simbol ketenangan batin dan perenungan, serta sebagai upaya menyucikan diri dalam menyambut tahun baru Jawa.
Kepercayaan dan mitos yang mengiringi malam 1 Suro bukan sekadar cerita turun-temurun, melainkan cerminan dari kearifan lokal yang mengajarkan kehati-hatian, ketenangan, dan penghormatan terhadap alam semesta.
Terlepas dari Anda percaya atau tidak terhadap mitos-mitos tersebut, malam 1 Suro tetap menjadi bagian penting dari tradisi budaya Jawa yang kaya akan makna dan filosofi.***