
TUGUJOGJA – Pemerintah Kabupaten Bantul kembali menggairahkan dunia pariwisata melalui gelaran budaya bertajuk Festival Musik Irama Ombak Selatan: Keroncong Pesisiran di Pantai Goa Cemara, Jumat (21/6/2025). Acara ini berlangsung meriah sekaligus memperingati Hari Musik Sedunia.
Dinas Pariwisata Bantul mengemas festival ini dengan konsep yang unik dan sarat makna. Kepala Dinas Pariwisata Bantul, Saryadi, menyampaikan bahwa pihaknya terus berinovasi agar setiap gelaran Keroncong Pesisiran memiliki ciri khas tersendiri.
“Kami ingin mengangkat musik keroncong, kearifan lokal, dan isu lingkungan secara bersamaan,” ujar Saryadi di sela-sela acara.
Tema Acara
Pemerintah Kabupaten Bantul memilih tema Irama Ombak Selatan sebagai tajuk utama tahun ini. Tema tersebut melanjutkan semangat dari tajuk tahun lalu, Swara Ibu Senja, yang telah berhasil memadukan nuansa seni, budaya, dan lingkungan.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, secara langsung membuka acara. Ia menegaskan bahwa Keroncong Pesisiran tidak hanya menjadi hiburan musiman, tetapi juga bagian dari strategi promosi wisata berkelanjutan.
“Saya berharap, event Musik Keroncong Pesisiran ini tidak berhenti hanya pada acara seremonial, tetapi menjadi titik awal kebangkitan seni keroncong di Bantul, menjadi magnet budaya yang mampu menarik wisatawan, serta menjadi warisan yang membanggakan bagi generasi mendatang,” tegas Bupati dalam sambutannya.
Pengunjung memadati area Pantai Goa Cemara sejak sore hari. Mereka menikmati alunan musik dari para penampil yang tampil bergantian di panggung utama. Panggung tersebut menampilkan artis lintas genre yang mengolah musik keroncong secara kreatif dan progresif.
Musisi seperti The Cloves and The Tobacco, Iksan Skuter, Purapurahidup, Keroncong Jazz Lastarya, dan Hamkri Bantul sukses menyuguhkan penampilan yang membius penonton.
Festival Keroncong Pesisiran tidak hanya menyuguhkan musik. Panitia juga menyiapkan berbagai aktivitas kreatif yang memperkuat keterlibatan masyarakat dan wisatawan.
Kegiatan seperti Pasar Pesisir, Vinyl Selection, Piknik Pesisiran, Tamasya Langit, Sampah Mainan, Lari di Selatan, hingga Tamasya Perihal Cinta menjadi magnet tambahan yang menghidupkan kawasan pantai selama festival berlangsung.
Momen Ikonik di Festival Musik Irama Ombak Selatan
Salah satu momen paling ikonik yang mengundang decak kagum pengunjung adalah prosesi pelepasan tukik (anak penyu) ke laut lepas. Panitia mengajak para musisi dan pengunjung untuk bersama-sama melepaskan tukik sebagai simbol penguatan pesan konservasi.
Aksi ini menciptakan harmoni antara hiburan dan kesadaran lingkungan, menjadikan Keroncong Pesisiran lebih dari sekadar panggung musik biasa.
Dengan keberhasilan penyelenggaraan tahun ini, Pemerintah Kabupaten Bantul berhasil membuktikan bahwa musik keroncong dapat menjadi medium efektif untuk mempromosikan pariwisata sekaligus menyuarakan pesan ekologis dan budaya.
Antusiasme warga lokal dan wisatawan domestik memberikan sinyal positif bagi masa depan festival dan potensi wisata Bantul.
Pemkab Bantul menyatakan komitmennya untuk terus menghadirkan festival berkualitas yang memperkaya ragam destinasi wisata di selatan Yogyakarta.
Keroncong Pesisiran menjadi bukti bahwa tradisi lama masih dapat bergaung kuat di tengah derasnya arus modernisasi—mengalun di antara ombak selatan dan menyatu dalam jiwa masyarakat. (ef linangkung)