
TUGUJOGJA – Dalam rangka memperingati Hari Musik Dunia 2025 dan ulang tahun ke-4 Yogyakarta Royal Orchestra (YRO), Keraton Yogyakarta melalui Kawedanan Kridhamardawa menggelar konser.
Konser bertajuk Kidung Pertiwi pada Sabtu, 21 Juni 2025 di Panggung Terbuka Telaga Mardigdo, Hutan Pinus Sari, Mangunan, Dlingo, Bantul.
Panitia membuka gerbang konser sejak pukul 14.00 WIB dengan bazar UMKM yang menghadirkan berbagai produk unggulan masyarakat setempat. Konser inti akan berlangsung pukul 15.30 WIB, menyajikan harmoni musik orkestra dalam balutan keindahan alam khas perbukitan Bantul.
Konser Outdoor
KPH Notonegoro selaku Penghageng Kawedanan Kridhamardawa menjelaskan bahwa pihaknya konsisten menggelar konser outdoor setiap tahun sekaligus menyapa desa-desa wisata di seluruh DIY.
Pada 2022, YRO tampil di Tebing Breksi Sleman. Tahun 2023, YRO menyuguhkan konser di Gunung Api Purba Nglanggeran Gunungkidul, dan pada 2024 menyambangi Taman Bendung Kamijoro di Kulon Progo. Tahun ini, YRO memilih Bantul sebagai lokasi pentas dengan memanfaatkan keindahan Hutan Pinus Sari di Mangunan.
“Kami selalu berusaha menghadirkan musik ke ruang terbuka yang menyatu dengan alam dan masyarakat. Kali ini, dalam rangka Hari Musik Dunia dan ulang tahun ke-4 YRO, kami persembahkan Kidung Pertiwi sebagai penghormatan untuk tanah air dan perempuan Indonesia,” tegas KPH Notonegoro.
Panitia memilih judul Kidung Pertiwi dengan makna yang mendalam. Kata kidung berarti nyanyian, sedangkan pertiwi merujuk pada bumi, yang sering dikaitkan dengan figur Ibu Pertiwi sebagai personifikasi Indonesia dan kekuatan perempuan.
Melalui konser ini, Keraton Yogyakarta ingin mengangkat lagu-lagu daerah dan nasional bertema alam, lingkungan, dan peran perempuan, serta mensinergikan seni dengan upaya pelestarian lingkungan dan pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Penampilan dalam Konser Hari Musik Dunia 2025
Konser Kidung Pertiwi akan menampilkan 12 lagu pilihan, terdiri dari 9 lagu orkestra dan 3 lagu acapella. MJ. Manggalawaditro akan memimpin orkestra sebagai konduktor utama.
Tim orkestra akan berkolaborasi dengan sinden Nyi ML. Larasati dari Kawedanan Kridhamardawa, violin solois Riana Heath dan MJ. Cokrowaditro, clarinet solois MJ. Jatmikowaditro, serta Yogyakarta Royal Choir dan penyanyi tamu spesial, Ndaru – Ndarboy Genk.
Untuk tiga nomor acapella, Yogyakarta Royal Choir akan tampil khusus di bawah arahan Lukas Gunawan Arga Rakasiwi. Format ini menghadirkan dimensi musikal yang berbeda dan menunjukkan fleksibilitas YRO dalam menafsirkan berbagai genre musik dalam format orkestra dan vokal murni.
ML. Widyotantomardowo yang bertindak sebagai pimpinan produksi menyatakan bahwa konser ini terbuka untuk umum dan gratis. Namun, karena berada di kawasan wisata, penonton tetap akan membayar retribusi masuk dan biaya parkir sesuai ketentuan Hutan Pinus Sari, Mangunan.
“Konser ini memang untuk publik. Siapa pun boleh datang tanpa perlu reservasi. Namun kami imbau penonton membawa alas duduk sendiri, memakai pakaian nyaman, dan tentu menaati aturan kawasan seperti larangan merokok serta tidak menyalakan smoke bomb. Kita bersama-sama menjaga kelestarian hutan,” ungkapnya.
YRO menjanjikan pengalaman musikal tak terlupakan di antara hijaunya pepohonan pinus dan keindahan senja Mangunan.
“Nikmati senja, musik, dan udara segar dalam satu waktu. Ini bukan sekadar konser, tetapi juga pengalaman menyatu dengan alam,” tambah Widyotantomardowo.
Tayangan Tunda
Untuk publik yang tidak bisa hadir langsung, YRO menyiapkan tayangan tunda konser melalui kanal YouTube Kraton Jogja. Penayangan tunda ini dipilih demi menjamin kualitas visual dan audio yang lebih baik karena konser di alam terbuka rawan gangguan jaringan jika disiarkan langsung.
KPH Notonegoro turut mengajak masyarakat dari seluruh wilayah DIY bahkan luar kota untuk hadir. Ia menyampaikan bahwa akan ada dua nomor lagu baru yang istimewa, yaitu Concerto Kidung Pamuji dan Concerto Pertiwi.
Masing-masing lagu ini memiliki satu bagian (movement) yang sebelumnya disengker atau disegel saat konser di Jakarta. Lagu baru akan diperdengarkan perdana di Hutan Pinus Sari.
“Penampilan perdana dua movement tersebut akan menjadi momen bersejarah. Kami ingin memberikan sesuatu yang eksklusif dan bermakna untuk masyarakat Yogyakarta dan pencinta musik orkestra,” pungkasnya.
Konser Kidung Pertiwi Yogyakarta Royal Orchestra bukan hanya memperingati Hari Musik Dunia, melainkan juga menyatukan misi seni, budaya, alam, dan pemberdayaan masyarakat. Sebuah konser yang layak menjadi bagian penting dalam kalender budaya DIY tahun 2025. (ef linangkung)