
TUGUJOGJA – Tujuan Pembelajaran Sosial Emosional Kurikulum Merdeka merupakan bagian dari modul pelatihan PPG 2025.
Melalui modul pelatihan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2025, khususnya dalam Topik 1 Modul 2 bertajuk “Pentingnya Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL)”, para guru diajak memahami secara mendalam mengenai konsep dan manfaat SEL dalam lingkungan sekolah.
Di tengah perubahan dunia pendidikan yang semakin kompleks, Kurikulum Merdeka hadir dengan pendekatan yang lebih holistik, tidak hanya menekankan capaian akademik, tetapi juga perkembangan karakter dan keterampilan sosial peserta didik.
Salah satu pilar penting dalam kurikulum ini adalah pembelajaran sosial emosional atau yang dikenal dengan Social Emotional Learning (SEL).
Lantas, apa sebenarnya tujuan dari pembelajaran sosial emosional ini? Mengapa pembelajaran ini dianggap krusial dalam sistem pendidikan modern? Simak penjabaran lengkap berikut ini.
Apa Itu Pembelajaran Sosial Emosional?
Pembelajaran sosial emosional merupakan suatu proses yang memungkinkan peserta didik baik anak-anak maupun orang dewasa untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif dalam berbagai situasi kehidupan.
Melalui SEL, siswa belajar bagaimana memahami dan mengelola emosi, membangun hubungan yang sehat, menunjukkan empati, serta membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Pembelajaran ini tidak dilakukan secara terpisah, melainkan dijalankan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, sebagaimana dijelaskan dalam buku “Guru Penggerak dalam Paradigma Pembelajaran Kurikulum Merdeka” oleh Ropin Sigalingging (2022:154).
Tujuan Pembelajaran Sosial Emosional dalam Kurikulum Merdeka
Berikut adalah sejumlah tujuan utama dari pembelajaran sosial emosional yang diintegrasikan dalam Kurikulum Merdeka:
1. Meningkatkan Prestasi Akademik Siswa
Tidak hanya bermanfaat bagi perkembangan emosional siswa, SEL terbukti berkontribusi langsung pada peningkatan capaian akademik. Ketika siswa merasa aman, dihargai, dan didengarkan di kelas, mereka akan lebih fokus dalam belajar dan memiliki semangat tinggi untuk meraih prestasi.
The Circle Education menyebutkan bahwa penerapan pembelajaran sosial emosional juga mampu menurunkan tingkat perilaku negatif di sekolah, memperbaiki kehadiran siswa, dan menumbuhkan motivasi belajar secara konsisten.
2. Membangun Kesadaran Diri dan Meningkatkan Kepercayaan Diri
Pembelajaran sosial emosional membantu siswa untuk lebih mengenal siapa diri mereka. Dalam prosesnya, mereka belajar mengevaluasi tindakan, memahami kekuatan dan kelemahan diri, serta mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri.
Dengan SEL, siswa dilatih untuk mengambil keputusan secara mandiri, tanpa selalu bergantung pada bantuan orang lain. Ini menumbuhkan rasa percaya diri yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan akademik maupun sosial.
3. Meningkatkan Empati terhadap Orang Lain
Kemampuan untuk memahami perasaan dan perspektif orang lain atau empati, merupakan bagian penting dari kecerdasan sosial yang perlu diasah sejak dini. Sayangnya, empati sering kali luput dari fokus kurikulum konvensional.
SEL hadir sebagai jembatan untuk mengembangkan empati dengan cara mendorong siswa melihat dan merasakan apa yang dialami oleh teman sekelas, guru, maupun anggota keluarga.
Melalui latihan ini, siswa juga belajar keterampilan lain seperti menyelesaikan konflik, berkomunikasi secara efektif, dan bersikap penuh kasih terhadap orang lain.
4. Mengembangkan Keterampilan Membangun Relasi Positif
Interaksi sosial yang sehat sangat menentukan keberhasilan seseorang, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. SEL membantu siswa untuk membangun hubungan yang saling menghormati, saling memahami, dan tahan terhadap konflik.
Siswa yang terlatih dengan SEL akan lebih siap bekerja sama dalam tim, mampu memahami ekspresi emosional orang lain, serta tahu bagaimana menyelesaikan perselisihan secara bijaksana. Keterampilan-keterampilan ini sangat penting sebagai bekal di dunia kerja dan masyarakat luas.
5. Mengurangi Tekanan Psikologis dan Stres pada Siswa
Tekanan emosional seperti stres, kecemasan, dan bahkan depresi dapat muncul sejak masa sekolah. Di sinilah pentingnya pembelajaran sosial emosional. Dengan mempelajari cara mengenali, mengelola, dan menyalurkan emosi secara sehat, siswa bisa lebih tangguh secara mental dan emosional.
SEL memberikan strategi praktis kepada siswa untuk mengatur diri sendiri, tetap tenang saat menghadapi tekanan, dan mengembangkan pola pikir positif. Dengan demikian, kesejahteraan mental mereka pun lebih terjaga.
Integrasi Pembelajaran Sosial Emosional dalam Kurikulum Merdeka
Dalam konteks Kurikulum Merdeka, pembelajaran sosial emosional bukan hanya menjadi tanggung jawab guru bimbingan konseling atau wali kelas.
Setiap guru, di semua mata pelajaran, diharapkan dapat mengintegrasikan nilai-nilai SEL ke dalam pembelajarannya. Ini bisa dilakukan melalui diskusi kelompok, refleksi pribadi, pembelajaran berbasis proyek, dan berbagai metode pembelajaran aktif lainnya.
Membentuk karakter siswa tidak hanya dilakukan melalui ceramah moral atau hukuman disiplin. Dibutuhkan pendekatan yang sistematis dan terencana, seperti yang ditawarkan oleh pembelajaran sosial emosional.
Ketika siswa tidak hanya pintar secara kognitif, tetapi juga cakap secara emosional dan sosial, maka mereka akan tumbuh menjadi individu yang utuh dan siap menghadapi dinamika kehidupan.
Tujuan pembelajaran sosial emosional dalam Kurikulum Merdeka tidak lain adalah untuk menciptakan generasi pelajar yang tidak hanya berpengetahuan, tetapi juga berempati, percaya diri, mampu menjalin hubungan yang sehat, dan tahan banting dalam menghadapi tekanan hidup.
Maka dari itu, memahami dan menerapkan SEL di kelas adalah salah satu langkah penting yang harus diambil oleh seluruh pendidik. Sebab, pendidikan terbaik adalah pendidikan yang membentuk hati dan pikiran sekaligus.
***