
TUGUJOGJA — Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tingkat sekolah dasar di Kabupaten Gunungkidul tahun ajaran 2025/2026 telah berjalan dengan tertib dan transparan.
Meski sejumlah sekolah mengalami tantangan dalam jumlah pendaftar, proses seleksi tetap berlangsung dengan lancar dan menjunjung tinggi prinsip akuntabilitas.
Sekolah yang Belum Menerima Pendaftar
Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul mencatat, sebanyak sepuluh sekolah dasar (SD) belum menerima pendaftar tahun ini. Sekolah-sekolah tersebut sebagian besar berada di wilayah pinggiran yang memiliki jumlah penduduk usia sekolah relatif rendah.
Sekretaris Dinas Pendidikan Gunungkidul, Agus Subariyanto, menjelaskan bahwa kondisi geografis menjadi salah satu faktor utama. Sebagian besar sekolah yang belum menerima pendaftar berlokasi di daerah terpencil.
‘Di lokasi tersebut, jumlah anak usia sekolah memang lebih sedikit dibanding wilayah lain,” jelasnya pada Rabu (11/6/2025).
Adapun sekolah tersebut antara lain SDN Giripanggung Tepus, SDN Gunungsari Semanu, SDN Gupakan II Tepus, SDN Jaten Tanjungsari, hingga sejumlah sekolah swasta seperti SD Kanisius Bandung I Playen, SD Muhammadiyah Boarding School, dan SD Swasta Sanjaya Giring Paliyan.
Agus menyampaikan bahwa tantangan ini telah menjadi perhatian serius dari Dinas Pendidikan. Dia melihat ini sebagai peluang untuk berinovasi. Sekolah yang belum menerima pendaftar masih memiliki potensi besar, baik dari segi tenaga pendidik maupun lingkungan belajar.
Kuota SPMB Gunungkidul 2025
Selain itu, berdasarkan data resmi, kuota siswa yang disediakan dalam SPMB tahun ini mencapai 13.888 kursi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 7.111 siswa mendaftar dan 6.666 siswa dinyatakan diterima.
Agus menekankan bahwa semua siswa yang belum diterima secara online tetap memiliki kesempatan besar untuk mendaftar secara offline di sekolah negeri maupun swasta yang masih memiliki kuota. Pemkab ingin memastikan tidak ada anak yang tertinggal.
” Semua anak Gunungkidul berhak mendapatkan pendidikan yang layak, dan kami membuka ruang selebar-lebarnya untuk itu,” ungkapnya.
Dalam hal distribusi rombongan belajar (Rombel), Dinas Pendidikan mencatat bahwa sekitar 400 sekolah masih belum memenuhi kuota ideal rombel, yakni 28 siswa per kelas. Namun demikian, seluruh sekolah tersebut tetap dapat melaksanakan proses pembelajaran secara optimal.
“Meski belum memenuhi kuota, sekolah-sekolah tersebut tetap melanjutkan proses belajar dengan baik. Tidak ada penggabungan sekolah (regrouping) tahun ini karena kondisinya masih memungkinkan untuk terus berjalan secara mandiri,” jelas Agus dengan nada optimis.
Lebih jauh, Agus juga menyampaikan bahwa pihaknya akan terus melakukan evaluasi dan pendampingan. Dinas Pendidikan tidak hanya mencatat data, tapi juga menyusun langkah strategis ke depan, termasuk perbaikan sarana prasarana serta kampanye pendidikan inklusif ke masyarakat.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD III Gunungkidul, Heri Nugroho, memberikan apresiasi atas jalannya SPMB yang berlangsung baik. Menurutnya, proses penerimaan siswa baru telah menunjukkan prinsip keterbukaan.
“Kami memantau secara langsung pelaksanaan SPMB di berbagai wilayah dan melihat bahwa prosesnya sangat transparan dan profesional. Ini menjadi modal penting untuk terus membangun kepercayaan publik,” ujar Heri.
Namun demikian, Heri juga mendorong agar tantangan kekurangan rombel dapat ditangani melalui peningkatan kualitas fasilitas pendidikan.
“Saat ini orang tua sangat mempertimbangkan sarana dan prasarana. Maka sudah selayaknya dinas terkait memperkuat dukungan infrastruktur untuk semua sekolah, baik negeri maupun swasta,” ucapnya. (ef linangkung)