
TUGUJOGJA – Sebuah langkah revolusioner yang menggugah nurani muncul dari Kelurahan Gunungketur, Kemantren Pakualaman, Kota Yogyakarta. Para penggerobak sampah yang selama ini berjuang di jalanan tanpa perlindungan kini resmi menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Program ini tidak menggunakan dana APBD, bukan pula uluran tangan swasta. Kelurahan Gunungketur justru menggerakkan kekuatan solidaritas dari dalam: para pegawainya bergotong royong secara swadaya membiayai iuran para penggerobak.
BPJS untuk Penggerobak Sampah di Kelurahan Gunungketur
Langit Yogyakarta tampak cerah saat Jumat (25/7/2025) pagi, tapi suasana di depan Kantor Kelurahan Gunungketur terasa jauh lebih hangat. Di tempat itulah para penggerobak sampah menerima kartu kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan sebagai bukti nyata bahwa jerih payah mereka kini tak lagi terabaikan.
Lurah Gunungketur, Sunarni menyatakan bahwa program ini lahir dari kepedulian mendalam terhadap peran para penggerobak dalam menjaga kebersihan lingkungan. Ia menegaskan bahwa profesi tersebut mengandung risiko tinggi, tapi sering kali luput dari perlindungan sosial.
“Kami melihat betapa pentingnya peran mereka. Mereka bekerja tanpa mengenal lelah dan cuaca, tetapi belum memiliki perlindungan yang layak. Dari sinilah kami berkumpul dan sepakat untuk iuran bersama demi mendaftarkan mereka sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan,” tegas Sunarni dengan mata berkaca-kaca.
Langkah nyata ini berhasil menjangkau seluruh penggerobak yang aktif di Kelurahan Gunungketur. Sebanyak sembilan transporter telah terdaftar dan kini menikmati hak yang selama ini hanya milik pekerja formal: perlindungan melalui Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).
Sunarni menjelaskan bahwa para penggerobak berhak atas perawatan medis jika mengalami kecelakaan kerja, serta santunan dan kompensasi sesuai regulasi. Ia berharap, perlindungan ini mampu memberikan rasa aman dan menumbuhkan semangat kerja.
“Kami ingin mereka bekerja dengan lebih tenang. Kami ingin mereka tahu bahwa negara dan masyarakat hadir untuk mereka,” tambahnya.
Apresiasi untuk Langkah Ini
Langkah inspiratif ini menuai pujian dari Mantri Pamong Praja Pakualaman, Sapto Hadi. Ia mengapresiasi semangat gotong royong yang terbangun di tingkat kelurahan dan mendorong inisiatif serupa menyebar ke wilayah lain.
“Inilah wajah asli Yogya: peduli, tanggap, dan bergerak dari bawah. Kami berharap apa yang dilakukan Gunungketur menjadi inspirasi bagi kelurahan lain untuk memperjuangkan hak pekerja sektor informal,” ujar Sapto.
Keharuan pun menyelimuti para penggerobak yang hadir. Daryanto, salah satu transporter, mengaku terkejut sekaligus terharu saat menerima kartu BPJS Ketenagakerjaan. Sejak puluhan tahun bekerja mengangkut sampah, baru kali ini ia merasa mendapat pengakuan atas profesinya.
“Saya benar-benar tidak menyangka. Seumur hidup narik gerobak, baru kali ini saya merasa dihargai. Rasanya seperti mimpi. Saya ucapkan terima kasih dari hati yang paling dalam untuk kelurahan dan semua pegawainya,” ucap Daryanto sambil menggenggam kartu peserta dengan erat.
Bagong Sarjono Slamet Warto, penggerobak lainnya, juga menyatakan rasa syukurnya. Ia merasa lebih percaya diri dalam bekerja dan mulai melihat profesinya sebagai sesuatu yang bermartabat.
“Kadang kami dianggap sebelah mata. Tapi sekarang kami tahu, ternyata masih banyak yang peduli. Ini bukan sekadar soal iuran atau kartu, tapi soal rasa dihargai. Saya bangga dan lebih semangat,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Toko Intisari turut menyumbangkan bantuan berupa ember dan kaos tangan untuk membantu proses pemilahan sampah. Bantuan ini menjadi pelengkap sempurna dari sebuah inisiatif yang menjunjung tinggi kemanusiaan.
Kisah dari Kelurahan Gunungketur ini membuktikan bahwa perubahan tidak selalu harus datang dari atas. Kepedulian yang tulus dan kolaborasi dari akar rumput mampu menumbuhkan keadilan sosial dan mewujudkan perlindungan bagi yang paling rentan. (ef linangkung)