
TUGUJOGJA – Gunung Merapi kembali menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik yang tak bisa disepelekan. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat kubah lava di puncak Merapi mengalami perubahan bentuk.
Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso memastikan perubahan itu muncul akibat suplai magma yang terus berlangsung di dapur magma Merapi.
BPPTKG melaporkan cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari. Namun, siang hingga sore kawasan ini tertutup kabut tebal yang menyelimuti lereng dan puncaknya.
Sepanjang periode 4 hingga 10 Juli 2025, Gunung Merapi menghembuskan asap putih tipis hingga tebal dengan tekanan lemah setinggi 15 hingga 100 meter. Asap itu seolah menegaskan aktivitas magma yang terus bergolak di perut gunung berapi paling aktif di Indonesia ini.
Agus Budi Santoso mengungkapkan pada minggu ini Merapi memuntahkan satu kali awan panas guguran ke arah hulu Kali Krasak sejauh 2.500 meter. Hujan abu tipis pun turun di wilayah Tunggularum, Sleman dan Ngori, Magelang setelah peristiwa itu.
Selain itu, BPPTKG mencatat terjadi 22 guguran lava pijar ke arah Kali Krasak sejauh maksimum 1.800 meter, 19 kali guguran lava pijar ke arah Kali Bebeng sejauh maksimum 2.000 meter, dan 76 kali guguran lava pijar ke arah Kali Sat/Putih sejauh maksimum 2.000 meter.
Tim pemantau dari stasiun kamera Ngepos dan Babadan2 menangkap adanya perubahan morfologi kubah lava di sektor barat daya. Kubah barat daya Gunung Merapi mengalami sedikit perubahan akibat aktivitas guguran lava yang terus menerus terjadi. Sedangkan kubah lava di tengah puncak Merapi belum menunjukkan perubahan signifikan.
Agus Budi Santoso menegaskan volume kubah barat daya berdasarkan analisis foto udara per 25 Juni 2025 mencapai 4.077.700 meter kubik.
Sedangkan kubah tengah memiliki volume 2.367.300 meter kubik. Data itu menegaskan suplai magma dari dapur magma Merapi masih terus terjadi meskipun deformasi tidak menunjukkan perubahan signifikan.
BPPTKG mencatat aktivitas kegempaan Gunung Merapi pada periode ini lebih tinggi dibanding minggu sebelumnya.
Jaringan seismik Gunung Merapi merekam satu kali gempa awan panas guguran, tiga kali gempa vulkanik dangkal, 800 kali gempa fase banyak, 670 kali gempa guguran, 14 kali gempa low frequency, dan 11 kali gempa tektonik.
Aktivitas kegempaan itu menunjukkan suplai magma masih berlangsung dan dapat memicu awan panas guguran sewaktu-waktu.
Agus menambahkan jarak tunjam EDM di sektor barat laut dari titik BAB0 ke reflektor RB2 terukur stabil pada kisaran 3.840,652 meter hingga 3.840,660 meter. Jarak ke reflektor RB3 juga terukur stabil pada kisaran 3.414,063 meter hingga 3.414,068 meter.
Baseline GPS Labuhan–Jrakah pun terukur stabil di kisaran 7.108,13 meter hingga 7.108,14 meter. Dengan demikian, deformasi Gunung Merapi pada minggu ini belum menunjukkan perubahan signifikan.
Hujan ringan sempat mengguyur kawasan Merapi pada 7 Juli 2025 dengan intensitas tertinggi tercatat di Pos Babadan sebesar 1,31 mm per jam selama 81 menit. Namun, BPPTKG memastikan hujan itu tidak memicu penambahan aliran lahar di sungai-sungai yang berhulu di lereng Merapi.
BPPTKG menegaskan status aktivitas Gunung Merapi tetap berada di tingkat Siaga. Aktivitas vulkanik masih tinggi dengan potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan hingga barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer, Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer.
Pada sektor tenggara, Sungai Woro terancam guguran sejauh maksimal 3 kilometer, sedangkan Sungai Gendol hingga 5 kilometer.
“Jika terjadi letusan eksplosif, lontaran material vulkanik dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak,” kata dia.
Agus Budi Santoso meminta pemerintah daerah di Sleman, Magelang, Boyolali, dan Klaten meningkatkan kapasitas mitigasi dan menyiapkan sarana prasarana evakuasi bagi warganya.
Ia menekankan masyarakat harus menjauhi area potensi bahaya, selalu waspada terhadap awan panas guguran maupun lahar hujan, serta mengantisipasi gangguan kesehatan dan aktivitas akibat abu vulkanik Merapi.
BPPTKG akan terus memantau aktivitas Gunung Merapi selama 24 jam penuh. Jika terjadi peningkatan signifikan, BPPTKG akan segera meninjau ulang status aktivitas gunung berapi yang menakutkan sekaligus menyuburkan tanah Jawa ini.