
TUGUJOGJA– Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat perekonomian DIY pada triwulan I tahun 2025 tumbuh sebesar 5,11 persen (year-on-year/yoy) daripada triwulan I tahun 2024.
Pertumbuhan ini berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2010 yang mencapai Rp32,25 triliun, sementara atas dasar harga berlaku mencapai Rp50,95 triliun.
Pertumbuhan Tertinggi
Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati, menyampaikan bahwa dari sisi produksi, Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mencapai pertumbuhan tertinggi sebesar 14,83 persen. Sementara itu, dari sisi pengeluaran, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) tumbuh tertinggi sebesar 4,80 persen.
“Pertumbuhan ini mencerminkan pemulihan dan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, terutama sektor pertanian yang menjadi penopang utama,” ujar Herum dalam keterangannya.
Secara kuartalan (quarter-to-quarter/q-to-q), ekonomi DIY juga tumbuh sebesar 0,97 persen lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Kenaikan ini terdorong oleh pertumbuhan signifikan pada sektor pertanian sebesar 41,66 persen, yang mendapat pengaruh dari musim panen.
Dari sisi pengeluaran, PKRT juga mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 0,69 persen, terdorong oleh momen Ramadan dan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) yang meningkatkan konsumsi masyarakat.
Struktur Dominan
Struktur ekonomi DIY tahun 2025 masih didominasi oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan (11,99 persen), Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (11,89 persen), serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (10,65 persen).
Dari sisi pengeluaran, PKRT menyumbang porsi terbesar yaitu 61,22 persen. Kemudian, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menyusul dengan pengeluaran sebesar 32,55 persen. Terakhir, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 12,80 persen.
Herum juga menyoroti tantangan ketimpangan ekonomi antarwilayah. Kontribusi PDRB DIY terhadap Pulau Jawa hanya sebesar 1,56 persen dan terhadap nasional sebesar 0,90 persen.
“Meskipun kecil, pertumbuhan ekonomi DIY berada di peringkat kedua tertinggi di Pulau Jawa setelah Banten,” tambahnya.
Pertumbuhan ekonomi DIY turut dipengaruhi oleh kelanjutan Proyek Strategis Nasional (PSN), meningkatnya kunjungan wisatawan saat Idulfitri, serta momentum Ramadan yang mendorong konsumsi masyarakat.
Secara nasional, wilayah di luar Pulau Jawa menunjukkan kontribusi investasi lebih tinggi yaitu 50,7 persen. Sementara itu, kontribusi investasi di Pulau Jawa sebesar 49,3 persen. Hal ini merupakan hasil dari program pemerataan pembangunan oleh pemerintah. (ef linangkung)