SBY Soroti Dunia yang Makin Kacau: “Krisis Itu Nyata, Bukan Fiksi”

Bagikan :
Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono, berbicara dalam diskusi The Yudhoyono Institute.

TUGUJOGJA – Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menyampaikan keprihatinannya terhadap situasi dunia saat ini yang menurutnya semakin kompleks dan mengkhawatirkan.

Hal itu diungkapkan dalam sebuah forum diskusi yang digelar The Yudhoyono Institute (YTI), dengan tema besar penyelamatan bumi dan masa depan umat manusia.

SBY menyampaikan apresiasinya terhadap diskusi yang digelar, seraya menyebut topik yang dibahas sebagai hal paling fundamental bagi dunia saat ini.

“Yang paling penting bagi saya adalah mengucapkan terima kasih dan menerima semangat, wawasan, serta pengetahuan yang luar biasa tentang misi besar menyelamatkan bumi kita, menyelamatkan anak cucu kita, dan menyelamatkan masa depan bersama,” ujar SBY, Senin, 12 Mei 2025.

Dunia yang Kian Tak Menentu, Krisis Lingkungan Tak Boleh Diabaikan

Sebagai mantan kepala negara yang pernah terlibat langsung dalam berbagai percaturan internasional selama satu dekade, SBY mengaku memahami dinamika global yang kini semakin tidak menentu.

“Saya cukup prihatin dengan perkembangan dunia yang kurang menyenangkan. Tiba-tiba dunia dijejali isu-isu besar yang mencemaskan: perang di berbagai tempat, ketegangan geopolitik yang meningkat, perang dagang dan ekonomi yang membuat tatanan global makin rumit,” ungkapnya.

Baca juga  15 Ucapan Hari Anak Nasional 2025 yang Menyentuh, Cocok untuk Caption WA, Instagram dan Facebook

Ia menekankan bahwa dunia yang adil, sejahtera, dan penuh harapan harus tetap menjadi tujuan bersama tanpa terhalang oleh identitas, sekat-sekat nasional, atau kepentingan politik sempit.

“Satu hal yang ingin saya tekankan: jika kita gagal bersatu untuk menghadapi krisis iklim dan lingkungan, maka kita gagal menyelamatkan masa depan. Krisis itu nyata, bukan fiksi,” tegas SBY.

Ia juga menyoroti bahwa di tengah konflik dan ketegangan geopolitik yang terus memburuk, perhatian publik terhadap krisis iklim justru semakin menurun. Menurutnya, krisis lingkungan harus menjadi prioritas kolektif karena dampaknya menyentuh seluruh umat manusia tanpa pandang negara atau status sosial.

“Mari kita bersatu, mari kita kolaborasi. Aksi kolektif sangat diperlukan, dan inisiatif seperti yang dilakukan oleh YTI ini harus terus diperluas. Apa yang kita lakukan hari ini adalah demi menyelamatkan masa depan bangsa-bangsa,” tutupnya.***

Berita Terbaru

6102493038753466100
Disundul dari Belakang saat Menunggu Lampu Merah, Siswi di Gunungkidul Dilarikan ke Rumah Sakit
Link Tiket Konser Blackpink Jakarta 2025
Rundown Cherrypop Fest 2025: Info Susunan Acara hingga Open Gate Konser
malioboro
Reresik Malioboro: Aksi Kolaborasi Wujudkan Yogyakarta Bersih, Nyaman, dan Harmonis
kecelakaan nmax
Pengendara N-Max Kehilangan Nyawa Seketika usai Tabrak Bokong Truk Bermuatan di Jalan Yogya–Wates
6100584037459545488
Jogja Fashion Week 2025 Hadirkan 67 Brand Lokal, Komunitas Difabel, hingga Warga Binaan

TERPOPULER

Pasang Infografis Kode Etik Modul 3 PPG
Pasang Infografis Kode Etik Profesi Guru di Tempat yang Mudah Dilihat? Kunci Jawaban PPG Guru Tertentu Modul 3
blt-kis
Cara Ambil Bansos KIS BPJS Kesehatan 2025 Bagaimana? Apakah Berwujud BLT?
edwin-petrus-btuIQ0cgatc-unsplash
Hal Apa yang Perlu Diperhatikan Dalam Penerapan Experiential Learning? Cek Penjelasan Lengkapnya di Sini
COE-Agustus-2
Terbaru! Deretan Event Jogja Agustus 2025: Festival Budaya hingga Konser Musik di Kota Pelajar
6098332237645858980
Kasus Judi Online di Bantul Sarat Kejanggalan, Gus Hilmy: Membantu Kejahatan adalah Kejahatan