
TUGUJOGJA – Yakkum terus melangkah tanpa mengenal lelah. Organisasi ini menggandeng Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul untuk menambah jumlah PAUD dan taman bermain inklusi di Bumi Handayani. Mereka ingin menyiapkan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak berkebutuhan khusus sejak usia dini.
Project Manager Learning Unlock Yakkum, Sri Wahyuni, menegaskan pihaknya ingin memastikan setiap anak berkebutuhan khusus menikmati hak pendidikan yang layak.
Yakkum turun langsung memberikan pelatihan kurikulum inklusi kepada puluhan pengurus Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) serta Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI) di Gunungkidul.
“Kami menyadari pendidikan adalah hak semua anak, termasuk siswa berkebutuhan khusus. Kami ingin memastikan akomodasi yang layak bagi mereka sejak kelompok bermain, PAUD, dan TK,” tegasnya.
Tiga PAUD Rujukan Jadi Teladan Inklusi
Yakkum tidak hanya menebar teori di atas kertas. Sejak awal, Yakkum menggandeng Dinas Pendidikan Gunungkidul untuk mendampingi tiga sekolah PAUD. Satu sekolah berada di Wonosari, dua lainnya di Semanu.
Sri Wahyuni menilai ketiga sekolah ini sukses menerapkan pembelajaran inklusi. Guru-gurunya berhasil menyusun program pembelajaran yang akomodatif dan menumbuhkan rasa percaya diri anak-anak berkebutuhan khusus.
“Sekolah-sekolah ini kini menjadi rujukan. Jumlah siswa berkebutuhan khusus di sana meningkat dibanding tahun sebelumnya,” ungkap Sri Wahyuni.
Namun, keberhasilan ini melahirkan tantangan baru. Sri Wahyuni menyadari jika hanya tiga sekolah yang menerapkan inklusi, maka siswa berkebutuhan khusus akan menumpuk di sana. Kondisi ini bisa membebani guru dan sekolah rujukan tersebut.
“Kami ingin semua sekolah di Gunungkidul siap menerima anak berkebutuhan khusus. Karena itu, kami melatih HIMPAUDI dan IGTKI agar mereka menularkan pengetahuan ini kepada anggotanya di sekolah lain,” ujarnya.
Pelatihan hari itu fokus pada penyusunan Program Pembelajaran Individu (PPI). Sri Wahyuni menegaskan PPI menjadi komponen wajib dalam pembelajaran inklusi. Guru harus menyusun rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa berkebutuhan khusus.
“Kami mengacu pada kurikulum pemerintah, tetapi kami menambahkan modul mendesain pembelajaran inklusi. Kami ingin guru tidak bingung lagi ketika menghadapi siswa berkebutuhan khusus,” paparnya.
Sri Wahyuni menegaskan PPI membantu guru merancang metode belajar personal bagi setiap siswa. Guru tidak hanya menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tetapi juga menyiapkan PPI secara khusus.
“PPI ini akan memandu guru memahami apa yang bisa dikembangkan dari setiap anak. Anak-anak berkebutuhan khusus juga berhak meraih potensi terbaiknya,” ucapnya dengan suara tegas.
Yakkum sebelumnya melakukan asesmen ke beberapa sekolah sebelum menentukan tiga sekolah dampingan. Hasilnya menunjukkan mayoritas sekolah sudah menerima siswa berkebutuhan khusus, namun guru-gurunya masih kebingungan memberikan metode pembelajaran yang tepat.
“Kami ingin guru-guru itu percaya diri. Kami ingin anak-anak itu bahagia sekolah. Karena itulah hari ini kami hadir di sini. Kami ingin menyiapkan generasi inklusi sejak dini,” pungkas Sri Wahyuni sambil tersenyum.
Dukungan Penuh Dinas Pendidikan
Sekretaris Dinas Pendidikan Gunungkidul, Agus Subariyanto, mendukung penuh langkah Yakkum. Ia menegaskan pendidikan inklusi tidak hanya penting di jenjang PAUD, tetapi juga pada jenjang SD, SMP, hingga SMA.
Menurutnya, pendidikan inklusi menjadi langkah mitigasi awal agar anak berkebutuhan khusus mendapat layanan pendidikan yang tepat sejak dini.
“Pendidikan inklusi itu dari usia dini hingga jenjang lanjut. Namun, pelatihan tiga hari ini fokus pada PAUD. Pendidikan usia dini menjadi mitigasi awal potensi inklusi anak didik,” ungkapnya.
Agus Subariyanto menilai pelatihan seperti ini sangat penting. Ia menyebut Dinas Pendidikan Gunungkidul sudah memiliki tim inklusi, meski implementasinya belum maksimal karena kompleksitas tugas di dinas yang begitu luas. Namun, ia menegaskan pihaknya akan terus menguatkan layanan pendidikan inklusi di Gunungkidul.
“Kami berharap ibu-ibu peserta pelatihan bisa menjadi percontohan. Ilmu dan keterampilan yang mereka dapatkan hari ini semoga berimbas ke sekolah dan guru-guru lain,” tegasnya.
Agus Subariyanto juga menyampaikan jumlah PAUD di Gunungkidul sangat banyak. Ia menyebut pelatihan seperti ini harus menjangkau lebih luas agar seluruh guru memahami metode pendidikan inklusi.
“Kalau jenjang PAUD saja jumlahnya ribuan, maka pelatihan ini harus menjangkau semua. Kami akan berupaya agar pendidikan inklusi di Gunungkidul bisa terlaksana dengan baik di semua sekolah,” pungkasnya.