
TUGUJOGJA – Awal tahun 2025 membawa kabar menggembirakan bagi warga Kabupaten Gunungkidul. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tercatat mengalami penurunan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, sepanjang Januari hingga Maret 2025, tercatat 247 kasus DBD dengan nol kematian. Angka ini menurun dibandingkan triwulan pertama tahun 2024 yang mencapai 347 kasus dan menyebabkan dua kematian.
Penurunan ini menjadi bagian dari tren positif dalam lima tahun terakhir. Berikut data jumlah kasus DBD di Gunungkidul:
- 2021: 856 kasus
- 2022: 734 kasus
- 2023: 521 kasus
- 2024: 489 kasus
- 2025 (hingga Maret): 247 kasus
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, cuaca menjadi salah satu faktor yang turut memengaruhi penurunan tersebut.
“Curah hujan di awal tahun ini relatif lebih rendah dibanding tahun lalu. Kondisi itu mempersulit nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak,” ujarnya.
Peran Jumantik dan Kesadaran Masyarakat Meningkat
Namun, Ismono menegaskan bahwa keberhasilan ini tidak semata-mata karena faktor cuaca. Peran aktif masyarakat dan petugas lapangan juga menjadi kunci utama.
“Melalui penguatan peran juru pemantau jentik (jumantik), wilayah-wilayah dengan risiko tinggi seperti Kapanewon Wonosari, Paliyan, dan Semanu menjadi fokus pengawasan ketat,” jelasnya.
Selain itu, program edukasi tentang 3M — Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang — yang dipadukan dengan langkah tambahan (3M Plus), seperti mengubur barang bekas dan menutup tempat penyimpanan air, semakin menggugah kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.
“Upaya ini tidak bisa berhasil tanpa dukungan warga. Gerakan bersama inilah yang menurunkan jumlah kasus,” lanjut Ismono.
Meski situasi membaik, Dinas Kesehatan tetap mengingatkan masyarakat untuk tidak lengah, apalagi menjelang musim pancaroba yang kerap disertai peningkatan risiko penyakit.
“Kami akan terus menggencarkan sosialisasi dan edukasi agar masyarakat tetap waspada,” tegas Ismono.***