DPR RI melalui anggota Komisi IX, Surya Utama alias Uya Kuya, mengungkap kasus dugaan perundungan yang terjadi di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam rapat kerja bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Uya menyoroti perlakuan tidak manusiawi yang diterima oleh seorang mantan peserta PPDS Ortopedi UGM, dr Marcel.
“Masalah kedua untuk di UGM yaitu PPDS Ortopedi, dr Marcel yang saat itu dia alami hal yang sama, kurang lebih ada yang namanya parade setiap malam. Di situ ada penghakiman seperti push up, sit up, dilemparin botol, dipukul, ditampar, sampai dipersekusi di ruangan sempit dipukuli beramai-ramai atas perintah kepala senior resident,” ungkap Uya dalam forum tersebut.
Uya menambahkan bahwa tidak hanya mengalami kekerasan fisik, dr Marcel juga dipaksa menanggung beban kebutuhan para seniornya. Ia bahkan disuruh menyediakan mobil sekelas Innova untuk menjemput para dokter spesialis, lengkap dengan makanan dan berbagai kebutuhan mereka.
“Dan pernah juga dia yang memukuli adalah yang sekarang mantu dari rektor, dan ini dokter Marcel sudah pernah speak up di tempat saya juga, dan dia juga bilang suka disuruh menyiapkan mobil setara Innova cuma untuk jemput dr dr spesialisnya, dan di dalam mobil itu harus ada makanan dan semua kebutuhan makan senior harus dipenuhi. Dan sampai dr Marcel dia harus keluar juga dari pendidikannya,” lanjut Uya.
Dalam kesempatan yang sama, Uya juga menyinggung kasus serupa yang menimpa dr Wildan Ahmad Furqon, mantan peserta PPDS di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung. Wildan disebut harus keluar dari pendidikan spesialis ortopedi karena mengalami perundungan fisik setiap malam. Ia dipaksa berdiri dengan satu kaki, push up, mengangkat kursi lipat, hingga membayar servis mobil dan kegiatan hiburan para seniornya.
Menanggapi hal ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui bahwa praktik perundungan di lingkungan pendidikan dokter memang terjadi akibat adanya pembiaran sistemik.
“Dari sisi PPDS ini masalahnya kita adalah spesialis jumlahnya kurang, abis itu distribusinya tidak merata, sekarang keluar masalah yang ketiga dari sisi mutunya, mutunya ada 3, mutu keterampilan, dan mutu dari etikanya, budayanya, itu isu,” ucap Budi.
Ia menegaskan pentingnya pembenahan menyeluruh terhadap budaya dan lingkungan pembelajaran di program PPDS.
“Harus ada kita perbaiki secara budaya, lingkungan pembelajaran,” tuturnya.