
TUGUJOGJA – Di tengah hiruk pikuk libur panjang Iduladha 1446 H, sebuah kisah tanggung jawab dan dedikasi muncul dari balik layar perjalanan ribuan penumpang kereta api.
KAI Daop 6 Yogyakarta mencatat keberhasilan yang tak banyak tersorot media: mengamankan dan mengelola barang tertinggal penumpang dengan total nilai mencapai Rp43.200.000 selama periode 5–9 Juni 2025.
Di saat banyak penumpang menikmati kebersamaan bersama keluarga, petugas KAI Daop 6 berjaga penuh perhatian. Mereka menyusuri gerbong demi gerbong, memeriksa sudut-sudut tempat duduk, dan mencatat satu per satu barang yang tertinggal.
Jenis Barang Tertinggal
Dari laptop, ponsel pintar, jam tangan, hingga pakaian dan makanan, petugas menangani semua dengan cermat. Kemudian, mereka memasukkan ke dalam sistem database Lost and Found milik KAI.
“Selama lima hari itu, kami berhasil mengamankan 24 barang tertinggal. Sebagian besar sudah berhasil kami kembalikan kepada pemiliknya,” ujar Feni Novida Saragih, Manager Humas KAI Daop 6 Yogyakarta, di ruang kerjanya.
Feni menjelaskan bahwa sistem Lost and Found bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk nyata komitmen KAI terhadap kenyamanan dan keamanan penumpang.
Barang-barang yang ditemukan langsung dicatat dan disimpan sesuai prosedur. Penumpang yang merasa kehilangan bisa melaporkannya ke petugas di stasiun atau melalui Contact Center KAI 121.
“Ini bagian dari upaya kami membangun kepercayaan publik terhadap kereta api sebagai moda transportasi massal yang aman. Kami ingin menunjukkan bahwa meski tanggung jawab atas barang pribadi ada pada penumpang, kami tetap hadir untuk membantu,” tegas Feni.
Pencegahan Barang Tertinggal Penumpang Kereta
Guna mencegah terulangnya kejadian serupa, petugas announcer secara berkala mengingatkan penumpang agar selalu memeriksa barang bawaannya, baik saat naik maupun turun dari kereta. Peringatan ini menjadi rutinitas yang tidak pernah absen, terutama di musim padat seperti libur nasional.
“Kami selalu mengingatkan, khususnya saat peak season seperti sekarang. Jangan terburu-buru saat turun dari kereta, pastikan semua barang sudah dibawa, dan datanglah lebih awal ke stasiun agar tidak tergesa-gesa,” tutur Feni dengan nada penuh empati.
Apa yang KAI Daop 6 lakukan mencerminkan visi besar PT Kereta Api Indonesia dalam membangun ekosistem transportasi yang tidak hanya efisien dan ramah lingkungan, tetapi juga humanis.
Feni menegaskan bahwa pelayanan pelanggan terus menjadi prioritas utama, dengan pendekatan yang mengedepankan responsif dan empati.
“Kami ingin masyarakat semakin yakin bahwa memilih kereta api bukan hanya soal efisiensi waktu dan biaya, tapi juga soal rasa aman. Setiap langkah penumpang, dari masuk stasiun hingga keluar, menjadi bagian dari tanggung jawab kami,” ungkap Feni.
Di balik sistem yang rapi dan protokol yang ketat, KAI juga terus menggencarkan edukasi kepada masyarakat. Melalui media sosial, pengumuman di stasiun, dan kampanye digital, KAI mengajak penumpang untuk lebih peduli terhadap barang pribadi mereka. Imbauan tersebut tidak berhenti di pintu stasiun, melainkan berlanjut hingga ke dalam gerbong.
“Kesadaran publik sangat penting. Kami percaya, dengan kolaborasi antara penumpang dan petugas, kasus kehilangan bisa ditekan seminimal mungkin,” jelas Feni.(ef linangkung)