
TUGUJOGJA – Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersama Enesis Group meluncurkan gerakan Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat dan Bebas DBD sebagai upaya strategis untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di wilayah DIY.
Kegiatan ini menunjukkan sinergi nyata antara sektor pemerintah dan swasta dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyampaikan bahwa DIY masih menghadapi tantangan serius dalam pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, terutama DBD. Pemerintah berkomitmen untuk mengatasi persoalan ini melalui kolaborasi lintas sektor.
“Kami menjadikan kerja sama ini sebagai bentuk komitmen dalam mengurai persoalan kesehatan di DIY. Gerakan ini merupakan sinergi antara Enesis Group dengan Dinas Kesehatan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota,” ujar Sri Sultan.
Kader Jumantik Jadi Garda Terdepan Pencegahan
Sebagai bagian dari program, Pemda DIY dan Enesis Group mengukuhkan kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di beberapa wilayah DIY. Para kader Jumantik akan berperan aktif dalam pengawasan dan edukasi masyarakat terkait pemberantasan sarang nyamuk dan pencegahan DBD.
“Setelah kegiatan seremonial ini, kami akan menyelenggarakan pelatihan kapasitas untuk para kader Jumantik. Mereka akan mempelajari cara mencegah DBD dan penyakit lain yang ditularkan oleh nyamuk,” lanjut Sri Sultan.
Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mengapresiasi kolaborasi tersebut. Ia menilai program ini sebagai bentuk investasi jangka panjang yang berkelanjutan untuk menciptakan lingkungan yang sehat.
“Kami melihat program ini dapat menciptakan lingkungan yang aman, sehat, dan bebas dari ancaman DBD. Ini bukan hanya soal pencegahan, tetapi juga bagian dari komitmen layanan kesehatan untuk semua lapisan masyarakat,” ujar Hasto.
Hasto juga mencatat bahwa di Kota Yogyakarta sendiri, kasus DBD sudah menunjukkan penurunan. Ia menjelaskan bahwa turunnya angka kasus DBD dipengaruhi oleh curah hujan tinggi yang memperkecil kemungkinan munculnya genangan air.
“Eskalasi kasus DBD biasanya naik saat musim pancaroba. Saat musim hujan, genangan air lebih sedikit karena air langsung mengalir, sehingga nyamuk tidak punya tempat berkembang biak,” jelasnya.
Lebih lanjut, Hasto berharap kehadiran para kader Jumantik dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan DBD.
“Kader Jumantik diharapkan mampu menjadi penggerak di lingkungan masing-masing. Mereka bisa menjadi contoh dan mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam meminimalisir kasus DBD di Yogyakarta,” tegasnya.
Melalui gerakan Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat dan Bebas DBD, Pemda DIY dan Enesis Group menunjukkan komitmen nyata dalam menciptakan Yogyakarta yang sehat, aman, dan bebas dari ancaman penyakit berbasis lingkungan.