
TUGUJOGJA — Pemerintah Kabupaten Bantul terus menggugah kesadaran publik bahwa Dana Keistimewaan (Danais) bukan sekadar dana pelestarian kesenian tradisional.
Danais kini menjelma menjadi alat strategis untuk mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat dan menekan angka kemiskinan secara nyata.
Dalam sebuah forum koordinasi kebijakan keistimewaan yang berlangsung penuh semangat, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih memimpin langsung upaya penyelarasan pelaksanaan Danais agar sejalan dengan arah pembangunan daerah.
Pemerintah daerah memastikan bahwa pengelolaan Danais tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan menyatu dengan program prioritas yang berdampak nyata bagi masyarakat akar rumput.
Pengelolaan Dana Keistimewaan
Bupati Halim mengawali sambutannya dengan menekankan pentingnya penguatan akuntabilitas dalam pengelolaan Danais, terutama di tingkat kalurahan. Ia secara tegas mendorong seluruh Panewu (Camat) agar mengawal ketat setiap usulan program Danais yang muncul dari bawah.
“Program dan kegiatan keistimewaan DIY di kalurahan harus terus kita tingkatkan akuntabilitasnya. Bukan hanya dari sisi pertanggungjawaban keuangan, tetapi juga dari urgensi dan manfaat kegiatan bagi warga. Bapak Ibu Panewu harus terlibat sejak awal dalam menyusun perencanaan agar Danais benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat,” tegas Bupati.
Tak hanya berhenti di situ, Bupati Halim juga membuka mata publik bahwa keistimewaan DIY tidak hanya berkutat pada panggung wayang, jathilan, atau ketoprak, namun juga mencakup aspek-aspek konkret dalam pembangunan ekonomi desa.
Ia menyoroti pentingnya program-program seperti Lumbung Mataraman dan optimalisasi lahan kas desa untuk memberdayakan warga secara berkelanjutan.
“Kita bisa menurunkan angka kemiskinan dengan cara memanfaatkan Danais secara cerdas. Kita punya Lumbung Mataraman, kita punya lahan kas desa, kita punya semangat gotong royong. Tinggal bagaimana kita menyatukan semua ini dalam satu visi besar: kemakmuran masyarakat Bantul,” papar Halim.
Penurunan Angka Kemiskinan
Sementara itu, Paniradya Kaistimewaan DIY, Tri Agus Nugroho, memperkuat pernyataan Bupati dengan membeberkan fakta menggembirakan. Ia menyampaikan bahwa angka kemiskinan di DIY, termasuk Bantul, terus menurun hingga Maret 2025, sebagai bukti nyata keberhasilan program keistimewaan.
*Angka kemiskinan yang turun secara konsisten adalah bukti bahwa kita berada di jalur yang benar. Ke depan, kita harus terus melandaskan perencanaan pada visi Gubernur DIY: memadukan pelestarian budaya dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya lantang.
Dalam forum yang dihadiri para pemangku kepentingan dari kalurahan hingga kapanewon, Roy Robert, Kepala Bagian Tata Pemerintahan Setda Bantul, juga memberikan penegasan strategis.
Ia menyampaikan bahwa seluruh program Danais harus berjalan sinkron dengan visi pembangunan daerah, provinsi, dan nasional. Ia menyebut bahwa peran Panewu sangat vital dalam menjaga harmonisasi antara visi Lurah, Bupati, Gubernur, hingga pemerintah pusat.
“Usulan dari kalurahan yang bersumber dari Danais harus diketahui dan dikawal oleh para Panewu. Sinkronisasi itu wajib, agar kita tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan seiring sejalan dengan visi pembangunan dari bawah hingga pusat,” tegas Roy sambil menyoroti pentingnya bottom-up planning yang sistematis.
Dengan semangat kolaborasi dan sinergi lintas sektor, Pemerintah Kabupaten Bantul bertekad mengubah wajah dana keistimewaan dari sekadar pelestarian budaya menjadi instrumen transformasi sosial-ekonomi. Keistimewaan Yogyakarta, dalam perspektif baru ini, bukan hanya warisan, tetapi juga harapan. (ef linangkung)