
TUGUJOGJA – Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menggelar Kompetisi Bahasa dan Sastra Tingkat Kabupaten Gunungkidul Tahun 2025 dengan penuh kebanggaan.
Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih secara resmi membuka kompetisi ini pada Selasa (22/07/2025) di Joglo Taman Budaya Gunungkidul. Ia menatap ratusan peserta dengan mata berapi-api, seolah menularkan semangat pelestarian budaya Jawa kepada generasi penerus.
Chairul Agus Mantara, Kepala Dinas Kundha Kabudayan Gunungkidul, melaporkan bahwa kompetisi ini lahir dari kegelisahan mendalam. Ia merasakan kegalauan karena perhatian generasi muda terhadap bahasa dan sastra Jawa terus menurun.
Kompetisi Bahasa dan Sastra Gunungkidul
Agus Mantara menegaskan bahwa pihaknya tidak hanya sekadar mengadakan lomba. Ia menyiapkan pembekalan dan pelatihan teknis khusus kepada seluruh peserta. Ia ingin memastikan anak-anak Gunungkidul benar-benar menguasai materi sebelum tampil di atas panggung kehormatan.
“Kami membekali peserta dengan bimbingan teknis agar mereka tampil maksimal. Kami ingin para juara bisa mengharumkan nama Gunungkidul di tingkat DIY nanti,” tegas Agus Mantara dengan suara bergetar menahan haru.
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menggelar kompetisi ini selama tiga hari, 22–24 Juli 2025. Panitia mempertandingkan 15 cabang lomba yang terbagi dalam tujuh bidang utama, meliputi Maca Crita Cekak, Geguritan, Macapat, Alih Aksara, Sesorah, Panatacara, dan Mendongeng.
Panitia membagi tiap bidang ke dalam kategori usia: Anak, Remaja, Dewasa, dan Umum. Peserta datang dari seluruh wilayah di 18 Kapanewon Gunungkidul, membawa kebanggaan kampung halaman masing-masing.
Dewan juri yang ahli dan berwibawa akan menentukan lima penampil terbaik di setiap cabang lomba. Mereka akan menetapkan Juara 1, 2, 3, Harapan 1, dan Harapan 2.
Para pemenang akan membawa pulang trofi, piagam penghargaan, serta uang pembinaan. Panitia juga menyiapkan seleksi tiga besar untuk mewakili Gunungkidul di Kompetisi Bahasa dan Sastra Tingkat DIY pada September mendatang.
Dukungan Bupati
Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, memandang kompetisi ini bukan sekadar ajang unjuk kemampuan. Ia menegaskan bahwa kompetisi ini menjadi wujud nyata perjuangan melestarikan bahasa dan sastra sebagai jati diri budaya Jawa.
Endah Subekti mengingatkan seluruh pihak agar menjaga martabat budaya lokal di tengah arus globalisasi yang semakin kencang.
“Kompetisi ini bukan hanya perlombaan. Kita sedang merawat dan mengembangkan bahasa serta sastra sebagai napas hidup budaya kita,” ujar Endah Subekti.
Endah Subekti juga menekankan pentingnya kesadaran penggunaan busana adat secara tepat. Ia menyoroti minimnya pemahaman generasi muda tentang gagrak jangkep yang menjadi ciri luhur busana adat Jawa.
Ia menegaskan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul akan mewajibkan penggunaan pakaian adat Jawa lengkap setiap Kamis Pon.
“Kami ingin memberi contoh. Setiap Kamis Pon, ASN dan pelajar wajib mengenakan pakaian adat Jawa dengan aturan yang benar, serta menggunakan bahasa Jawa di lingkungan Pemkab dan sekolah,” tegasnya.
Endah Subekti berharap kompetisi ini bisa melahirkan generasi penerus yang tidak hanya fasih berbahasa daerah. Ia ingin mereka menuliskan karya sastra dengan nilai luhur budaya Jawa yang membanggakan.
Ia bermimpi melihat nama-nama putra-putri Gunungkidul bersinar di panggung budaya DIY, bahkan nasional.
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul membiayai kegiatan ini melalui Bantuan Keuangan Khusus APBD Tahun Anggaran 2025 yang bersumber dari Dana Keistimewaan DIY 2025.
Dana tersebut menjadi bukti nyata komitmen Gunungkidul untuk mencetak generasi berbudaya, generasi yang akan berdiri tegak membawa kejayaan sastra dan bahasa Jawa ke masa depan. (ef linangkung)