
TUGUJOGJA – Hari-hari menjelang Idul Adha adalah waktu yang penuh keberkahan dan limpahan pahala. Idul Adha merupakan hari raya ke dua bagi umat muslim untuk memperingati pengorbanan Nabi Ibrahim AS.
Kisah Nabi Ibrahim AS yang harus mengorbankan puteranya yaitu Ismail untuk disembelih adalah bukti kepatuhan dan tawakal kepada Allah SWT sebagaimana dikutip dari zakatsukses tentang hikmah peristiwa kurban.
Sejak saat itu peristiwa kurban tersebut diperingati dengan Hari Raya Idul Adha dimana umat muslim mengorbankan sapi, kambing, kerbau, atau untuk disembelih.
Daging kurban kemudian dibagikan kepada kaum duafa, fakir miskin, dan juga kerabat untuk bersama-sama menikmati daging kurban.
Selain itu, peristiwa ini juga sebagai simbol ketaatan, kesabaran, keiklasan, dan juga pengorbanan dalam beribadah kepada Allah SWT.
Dalam Islam, terdapat berbagai amalan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan sebagai bentuk pengagungan kepada Allah, salah satunya adalah puasa sunnah.
Pahala dari Puasa Sunnah Idul Adha
Puasa-puasa ini bukan hanya menjadi ladang pahala tetapi juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan membersihkan hati.
Berikut adalah tiga jenis puasa sunnah yang berkaitan dengan momentum Idul Adha:
1. Puasa Dzulhijjah (Tanggal 1–9 Dzulhijjah)
Tanggal Pelaksanaan:
Tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah.
Puasa ini dilakukan selama sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah, sebelum Hari Raya Idul Adha. Amalan ini sangat dianjurkan karena termasuk amal saleh yang dicintai Allah.
Dalil:
Rasulullah bersabda:
“Tidak ada hari-hari yang amal saleh pada waktu itu lebih dicintai Allah daripada hari-hari ini (yakni 10 hari pertama Dzulhijjah).”
(HR. Bukhari, no. 969)
Doa Niat Puasa Dzulhijjah:
Arab:
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِي الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Latin:
Nawaitu shauma syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta‘âlâ
Artinya:
Aku berniat puasa bulan Dzulhijjah, sunnah karena Allah Ta‘ala.
2. Puasa Arafah (Tanggal 9 Dzulhijjah)
Tanggal Pelaksanaan:
Tanggal 9 Dzulhijjah, sehari sebelum Idul Adha (kecuali bagi yang sedang berhaji, tidak disunnahkan).
Ini adalah puasa yang paling utama di antara puasa sunnah lainnya. Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa puasa Arafah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.
Dalil:
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Puasa Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.”
(HR. Muslim, no. 1162)
Doa Niat Puasa Arafah:
Arab:
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمِ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Latin:
Nawaitu shauma yaumi ‘arafah sunnatan lillâhi ta‘âlâ
Artinya:
Aku berniat puasa hari Arafah, sunnah karena Allah Ta‘ala.
3. Puasa Tarwiyah (Tanggal 8 Dzulhijjah)
Tanggal Pelaksanaan:
Tanggal 8 Dzulhijjah, dua hari sebelum Idul Adha.
Meskipun tidak sepopuler puasa Arafah, puasa Tarwiyah tetap dianjurkan dan memiliki keutamaan. Para ulama salaf banyak yang melakukannya sebagai bentuk persiapan rohani menyambut Hari Raya Kurban.
Dalil:
Hadits tentang puasa Tarwiyah memang lemah, namun tetap dianjurkan oleh sebagian ulama karena termasuk dalam 9 hari pertama Dzulhijjah yang penuh keutamaan.
Doa Niat Puasa Tarwiyah:
Arab:
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Latin:
Nawaitu shauma yaumi at-tarwiyah sunnatan lillâhi ta‘âlâ
Artinya:
Aku berniat puasa hari Tarwiyah, sunnah karena Allah Ta‘ala.
Menjalankan puasa sunnah pada hari-hari menjelang Idul Adha adalah kesempatan emas untuk memperbanyak amal ibadah dan meraih ampunan Allah. Bagi yang tidak sedang berhaji, puasa-puasa ini menjadi cara terbaik untuk ikut merasakan semangat spiritual yang dirasakan oleh jamaah haji di tanah suci.
Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk melaksanakan ibadah puasa tersebut dan menerima segala amal baik kita. Aamiin.***