
TUGUJOGJA – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Yogyakarta mengalami peningkatan signifikan seiring tingginya curah hujan yang belum mereda. Lonjakan kasus ini disebabkan oleh meningkatnya populasi nyamuk Aedes aegypti yang berkembang pesat di musim hujan.
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mencatat hingga 26 Mei 2025, jumlah penderita DBD mencapai 161 kasus. Angka ini melonjak cukup tinggi jika dibandingkan dengan total kasus sepanjang tahun 2024 yang mencapai 301 kasus.
Program Satu Rumah Satu Jumantik Dioptimalkan
Pemerintah Kota Yogyakarta langsung merespons dengan memaksimalkan peran Juru Pemantau Jentik (Jumantik) melalui program “Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik”.
Program ini mendorong setiap rumah memiliki satu orang yang bertugas memantau dan membasmi jentik nyamuk, serta mengedukasi keluarga tentang pentingnya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, menjelaskan bahwa perubahan cuaca yang tidak menentu turut mempercepat penyebaran DBD.
“Sejak Januari hingga Mei ini, curah hujan cukup tinggi, lalu sempat panas di April, kemudian hujan lagi. Kalau kita lengah dan tidak melakukan PSN, maka jumlah kasus DBD akan terus naik,” ujarnya, Senin, 26 Mei 2025.
Endang mengungkapkan bahwa meskipun Kota Yogyakarta berada di peringkat lima jumlah penderita DBD di DIY, pihaknya tetap mengimbau masyarakat untuk aktif menerapkan PSN dan 3M Plus.
Masyarakat diminta untuk menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, mendaur ulang barang bekas, serta menggunakan obat nyamuk dan kelambu saat tidur.
Edukasi dan Fogging Jadi Langkah Tambahan
Dinas Kesehatan juga menggencarkan edukasi melalui infografis, koordinasi dengan tim surveilans gerak cepat di puskesmas dan kelurahan, serta melakukan penyuluhan langsung kepada masyarakat.
“Kami juga membackup distribusi abate dari DIY untuk mendukung upaya ini,” tambahnya.
Selain itu, Dinas Kesehatan tetap menyiapkan langkah terakhir berupa fogging, jika lonjakan kasus tak bisa dicegah. Namun, Endang menegaskan fogging tidak bisa dilakukan terus-menerus karena hanya membunuh nyamuk dewasa.
“Jentik-jentiknya tetap akan tumbuh menjadi nyamuk dewasa, dan fogging yang berlebihan bisa menimbulkan kekebalan serta mengganggu kesehatan karena kandungan bahan kimianya,” jelasnya.
Peran Masyarakat dan Lintas Sektor Sangat Dibutuhkan
Endang menekankan bahwa partisipasi aktif masyarakat dan dukungan lintas sektor sangat dibutuhkan untuk menekan angka kasus DBD.
“Dengan kesadaran bersama, kita bisa mencegah lonjakan kasus, baik saat musim hujan maupun di musim kemarau basah seperti sekarang ini,” ungkapnya.
Dinas Kesehatan juga telah berkoordinasi dengan tim surveilans epidemiologi untuk mendeteksi dini kasus DBD, khususnya di wilayah Puskesmas Kotagede II.
Tim melakukan monitoring laporan kasus dari fasilitas kesehatan, pelacakan kasus, penyelidikan epidemiologi (PE), dan pemetaan wilayah berdasarkan status endemis DBD.
“Kami berharap lintas sektor ikut mendukung pengendalian DBD. Program ‘Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik’ perlu terus digalakkan agar pemberantasan DBD bisa berjalan lebih optimal,” pungkas Endang.