
TUGUJOGJA – Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menegaskan kasus leptospirosis naik 31 persen daripada tahun lalu. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit serta Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta, dr Lana Unwamanah, mengungkapkan fakta ini saat jumpa pers di kantornya, Kamis (10/7/2025).
Kemudian, dr Lana Unwamanah menyebut leptospirosis sebagai penyakit zoonosis akut yang menular melalui urin tikus. Penyakit ini bisa menyebabkan demam, nyeri otot, gagal ginjal, hingga perdarahan paru yang fatal. Dinas Kesehatan mendeteksi kenaikan kasus terjadi sejak awal musim penghujan.
Leptospirosis di Yogyakarta
“Kami melihat kenaikan 31 persen kasus leptospirosis di Kota Yogyakarta. Kami menganggap situasi ini serius karena potensi kejadian luar biasa (KLB) selalu mengintai,” tegas dr Lana.
Pemerintah Kota Yogyakarta langsung bergerak cepat. Dinas Kesehatan mengeluarkan surat edaran kewaspadaan leptospirosis dan hantavirus, menindaklanjuti instruksi Gubernur DIY. dr Lana menjelaskan pihaknya memperkuat surveilans penyakit berbasis sindromik untuk deteksi dini.
“Kami melatih tenaga kesehatan di puskesmas, rumah sakit, hingga praktik mandiri dokter dan bidan. Kami mengajarkan mereka mengenali gejala leptospirosis dan hantavirus sejak dini,” jelas dr Lana.
Dinas Kesehatan juga mendistribusikan Rapid Diagnostic Test (RDT) dan mengoptimalkan pemeriksaan PCR untuk mempercepat diagnosis. Petugas kesehatan memberikan antibiotik pada kasus suspek dan segera merujuk pasien probable dengan gejala berat.
“Kami memastikan laporan kasus suspek, probable, maupun konfirmasi masuk kurang dari 24 jam melalui SKDR,” kata dr Lana.
Peran Dinas Pertanian dan Pangan
Selain Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta ikut mengambil peran. Selanjutnya, drh Sri Panggarti selaku Kepala Bidang Perikanan dan Kehewanan memimpin penyuluhan kepada petani dan peternak tentang risiko penyakit mematikan ini.
“Kami mendorong petani dan peternak menggunakan alat pelindung diri seperti sepatu bot dan sarung tangan tahan air saat bekerja di sawah,” terang drh Sri.
Pemerintah juga menggalakkan pemberantasan tikus di rumah, pasar, terminal, hingga tempat rekreasi. Dinas Lingkungan Hidup mempromosikan sanitasi lingkungan dan mengelola sampah agar tidak menjadi sumber makanan tikus.
Dinas Perdagangan menegakkan kebersihan pasar tradisional, sedangkan Dinas PUPKP menggencarkan kerja bakti dan gerakan rumah sehat bebas tikus.
“Leptospirosis bisa menyerang siapa saja, apalagi mereka yang bekerja di area persawahan, peternakan, pemukiman kumuh dengan populasi tikus tinggi, atau genangan air yang tercemar urin tikus,” ujar dr Lana memperingatkan.
Ia menekankan, masyarakat harus segera mencuci tangan dan kaki setelah beraktivitas di area berair atau setelah membersihkan lingkungan. Masyarakat juga wajib menggunakan alas kaki saat beraktivitas di tempat berlumpur atau genangan air.
Kemudian, dr Lana menambahkan pemerintah belum menetapkan status KLB, tetapi potensi itu terbuka bila kasus terus melonjak. Dinkes berharap masyarakat membantu menekan penularan.
“Kami tidak ingin terjadi KLB leptospirosis di Kota Yogyakarta,” ujarnya. (ef linangkung)