
SLEMAN – Kabupaten Sleman menorehkan kemajuan positif dalam upaya penurunan angka stunting. Berdasarkan hasil pemantauan status gizi melalui aplikasi elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), prevalensi stunting di Sleman pada tahun 2024 tercatat sebesar 4,41 persen.
Angka ini menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya yang berada di angka 4,51 persen.
Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, menyambut baik pencapaian tersebut. Ia menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Sleman terus berkomitmen untuk memperkuat berbagai upaya percepatan penurunan stunting.
Komitmen Pemkab Sleman
“Pemerintah Kabupaten Sleman berkomitmen penuh dalam mendukung pelaksanaan program GENTING atau Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting. Kami telah berkoordinasi dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) serta mengajak para pelaku dunia usaha melalui Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) untuk ikut serta menjadi orang tua asuh dalam program ini,” ujar Danang.
Program GENTING tidak hanya mengandalkan sumber daya pemerintah, tetapi juga mengedepankan kolaborasi multipihak. Perusahaan-perusahaan di wilayah Sleman harapannya berperan aktif. Mereka adalah mitra strategis dalam memutus mata rantai stunting dengan menjadi orang tua asuh bagi anak-anak berisiko.
Dengan konsep ini, perusahaan-perusahaan tidak hanya menyalurkan bantuan. Akan tetapi, mereka juga terlibat langsung dalam pendampingan gizi, edukasi kesehatan, dan pembinaan keluarga. Langkah ini sangat efektif dalam mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Sejalan dengan semangat daerah, pemerintah pusat melalui Kementerian Koordinator Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) juga terus mendorong daerah untuk memperkuat kebijakan kependudukan yang terintegrasi dan berkelanjutan.
Dalam agenda Internalisasi Peta Jalan Pembangunan Kependudukan 2025–2029, Inspektur Utama Kemendukbangga, Ucok Abdulrauf Damenta, menegaskan pentingnya sinergi antarlembaga dalam menyongsong bonus demografi dan menghadapi tantangan seperti aging population.
“Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) menjadi pedoman utama bagi daerah untuk menentukan arah dan strategi pembangunan keluarga. Paradigma baru BKKBN sebagai Kemendukbangga adalah mengedukasi dan memberdayakan masyarakat untuk menjadi manusia unggul menuju Visi Indonesia Emas 2045,” ungkap Ucok.
Dengan prevalensi stunting terus menurun, komitmen lintas sektor yang kuat, serta kolaborasi erat antara pemerintah dan dunia usaha, Sleman optimis menjadi salah satu daerah percontohan dalam penanganan stunting secara holistik.
Upaya ini juga diperkuat dengan edukasi yang intensif kepada keluarga, penguatan layanan kesehatan dasar, serta pemantauan pertumbuhan anak secara berkala. Sleman membuktikan bahwa kerja sama dan kepedulian sosial dapat menciptakan perubahan nyata bagi generasi masa depan. (ef linangkung)