
TUGUJOGJA – Pemerintah Kabupaten Bantul menyiapkan generasi muda untuk menghadapi guncangan ekonomi global yang semakin tak menentu. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Bantul menggelar kompetisi wirausaha baru di Ros In Hotel, Kecamatan Sewon, Selasa (16/7).
Sebanyak 120 peserta dari berbagai kalangan memenuhi ballroom hotel sejak pagi, menyimak materi demi materi dengan wajah serius dan penuh semangat.
Kepala Disnakertrans Bantul, Istirul Widilastuti, melaporkan kegiatan ini bertujuan memberikan wawasan dan informasi kepada seluruh komponen pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Misi Cetak Wirausahawan Muda
Ia menekankan bahwa kompetisi ini mendukung misi besar Bantul untuk mencetak sedikitnya 500 wirausahawan muda dan santri yang siap mandiri secara ekonomi.
Selain itu, Istirul menegaskan bahwa pihaknya ingin memberikan informasi akurat tentang dinamika ekonomi politik global yang mempengaruhi perkembangan wirausaha di daerah.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, membuka acara dengan nada tegas. Ia menjelaskan bahwa keterbukaan dan konektivitas global membawa ancaman besar bagi perekonomian lokal.
Halim mencontohkan kebijakan tarif era Presiden Trump yang sempat memukul ekspor Indonesia. Ia juga menyebut potensi krisis energi akibat penutupan Selat Hormuz yang dapat menaikkan harga minyak dunia dan menurunkan daya beli masyarakat.
“Daya saing produk Indonesia bukan rendah karena kita tidak efisien, tetapi karena kebijakan politik ekonomi global yang tidak menentu. Akibatnya harga barang kita mahal, order menurun, produksi menurun, dan ujung-ujungnya PHK. PHK ini meningkatkan angka pengangguran dan akhirnya memicu kriminalitas,” ujar Halim.
Dominasi Peduduk
Kepala Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan Bappeda Bantul, Sri Hadiyah Widiyarti, mendukung penuh pernyataan Bupati. Ia memaparkan data bahwa dominasi penduduk Bantul adalah usia produktif 15–64 tahun.
Menurutnya, kondisi ini menjadi pedang bermata dua. Jika pemerintah gagal mengelola, bonus demografi akan berubah menjadi bencana sosial.
“Jika tidak tersalurkan dengan baik, energi mereka justru menambah pengangguran, meningkatkan kemiskinan, dan memicu kriminalitas,” tegasnya.
Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Bantul berupaya keras memaksimalkan potensi lokal. Program unggulan mencetak 500 wirausahawan muda dan santri akan menekan angka pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Halim menegaskan bahwa program ini bukan untuk ekspor, melainkan untuk menciptakan lapangan kerja baru di Bantul. Ia berharap program ini memicu lahirnya pelaku usaha tangguh yang dapat menopang ekonomi keluarga dan daerah. (ef linangkung)