
TUGUJOGJA – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta terus menyalakan harapan bagi warganya melalui program bedah rumah atau perbaikan rumah tidak layak huni (RTLH).
Tahun 2025 ini, Dinas PUPKP Kota Yogyakarta mencatat terdapat sebanyak 1.215 unit RTLH yang tersebar di seluruh wilayah. Angka ini menunjukkan masih banyak warga yang tinggal di rumah tak layak dan rawan membahayakan keselamatan.
Pemkot Yogya pun tidak tinggal diam. Sedikit demi sedikit, Pemkot Yogya memperbaiki RTLH agar warga bisa tinggal di rumah yang sehat, aman, dan nyaman.
Sabtu, 28 Juni 2025, Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo memimpin langsung bedah rumah di tiga lokasi. Dia mendatangi rumah milik Sulastri warga Kampung Sapen RT 28 RW 08 Demangan, Gondokusuman.
Hasto juga meninjau rumah Yulianti di Kampung Cokrodiningratan, Kelurahan Cokrodiningratan, Jetis. Selain itu, ia meninjau rumah Slamet Widodo di Kampung Karanganyar RT 84 RW 19 Brontokusuman, Mergangsan.
Gotong Royong Jadi Kunci Bedah Rumah
Ketiga rumah ini menampilkan pemandangan memilukan. Warga harus hidup di rumah kumuh dan bau. Di bagian atap, kamar mandi, dan dapur, banyak bagian bangunan yang hampir roboh
Hasto mengatakan Pemkot Yogya berusaha keras memperbaiki rumah-rumah ini dengan gotong royong bersama berbagai pihak.
Hasto mengungkapkan bedah rumah bisa terealisasi karena adanya kerja sama antara pemerintah, korporasi, warga, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK). Ia menegaskan, Bank BPD DIY dan Perumda PDAM Tirtamarta memberikan bantuan dana melalui tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan (TSLP).
Bank BPD DIY menggelontorkan dana Rp 20 juta untuk rumah Sulastri dan Slamet Widodo. Sedangkan PDAM Tirtamarta juga menyalurkan bantuan Rp 20 juta untuk perbaikan rumah Yulianti.
Hasto menambahkan, ia secara pribadi menyumbangkan 20 sak semen untuk masing-masing rumah tersebut.
RTLH Disasar Tuntas dalam Lima Tahun
Hasto menargetkan akan menyelesaikan seluruh permasalahan RTLH dalam lima tahun masa jabatannya bersama Wakil Wali Kota Yogyakarta Wawan Harmawan. Ia menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan kehidupan yang layak bagi warga.
“Selama masa kepemimpinan saya dan Pak Wawan, kami berkomitmen menyelesaikan permasalahan RTLH di Kota Yogya,” tegasnya.
Hasto menekankan program bedah rumah bukan sekadar renovasi fisik. Ia ingin program ini meningkatkan kesehatan masyarakat. Menurutnya, kebersihan rumah memiliki pengaruh besar terhadap kualitas kesehatan.
Ia mencontohkan kasus leptospirosis yang menimpa warga Ngadiwinatan beberapa waktu lalu akibat lingkungan yang kumuh.
“Saya tidak ingin kejadian seperti itu terulang di wilayah lain. Rumah kumuh menimbulkan potensi penyakit yang berbahaya bagi lingkungan sekitar,” ujarnya dengan nada serius.
Hasto mengajak semua pihak untuk bergotong royong membantu mempercepat penyelesaian RTLH. Ia mengatakan Pemkot Yogya tidak mungkin menuntaskan program ini sendirian.
“Kami butuh gotong royong semua pihak. Kalau hanya Pemkot sendiri, tentu tidak akan cukup,” tegasnya.
Hasto berpesan kepada para penerima bantuan agar menjaga dan merawat rumahnya dengan baik. Ia melarang keras rumah yang sudah diperbaiki untuk dijual atau dikontrakkan.
“Setelah direnovasi, rumah itu harus ditempati dan dirawat sebaik mungkin,” katanya.
Sulastri tak kuasa menahan rasa syukur. Ia mengaku senang karena rumahnya yang sudah rusak parah akhirnya diperbaiki.
“Senang sekali, akhirnya rumah saya direnovasi. Sudah lama rusak terutama di atap dan dinding, kalau hujan bocor semua,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Yulianti pun merasakan hal yang sama. Ia merasa lega karena rumahnya kini akan lebih aman dan nyaman untuk ditinggali.
“Alhamdulillah, bantuan ini sangat bermanfaat. Kami sangat bersyukur dan merasa terbantu dengan program ini,” ucapnya dengan penuh rasa haru.