
TUGUJOGJA – Sebanyak 1.000 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menorehkan sejarah baru. Mereka berani melepas status sebagai penerima bantuan sosial dan resmi graduasi pada Kamis (17/07/2025).
Acara tersebut bertajuk Berani Graduasi: Siap Wujudkan Generasi Emas Indonesia di Auditorium Grha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada (UGM).
Menteri Sosial Republik Indonesia, Saifullah Yusuf, hadir langsung untuk memberikan apresiasi. Dalam sambutannya, pria yang akrab disapa Gus Ipul itu menegaskan, bantuan sosial hanyalah jembatan menuju kemandirian, bukan tali yang mengikat seumur hidup.
Graduasi Keluarga PKH DIY
“Graduasi ini bukan akhir. Ini awal perjalanan kemandirian. Bantuan sosial adalah hak sementara, bukan identitas tetap atau warisan,” tegas Gus Ipul.
Gus Ipul meminta para alumni PKH untuk menapaki fase baru sebagai pelaku usaha mandiri. Pemerintah, menurutnya, telah menyiapkan bantuan modal, pelatihan kewirausahaan, serta pendampingan intensif agar para keluarga yang lulus mampu berdiri tegak tanpa bergantung pada bantuan negara.
Acara istimewa ini juga dihadiri Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono, Direktur Pemberdayaan Masyarakat Kemensos Mira Kurniasih, Kepala Dinas Sosial DIY Endang Patmintarsih, serta para rektor dari 16 perguruan tinggi di DIY.
Mereka melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Sosial dengan 16 perguruan tinggi sebagai strategi percepatan penanggulangan kemiskinan.
Endang Patmintarsih menegaskan, proses graduasi bukanlah keputusan instan. Dinas Sosial DIY melakukan evaluasi ketat dan berkelanjutan sejak 2007 hingga akhirnya 1.000 KPM mandiri. Graduasi ini awal fase pemberdayaan.
“Mereka memang berhenti menerima PKH, tetapi akan mendapat dukungan pelatihan, peningkatan kapasitas, dan akses permodalan agar usahanya berkembang,” jelas Endang.
Program Kolaborasi
Endang menambahkan, kolaborasi dengan perguruan tinggi menjadi salah satu kunci penting. Pendekatan berbasis data tunggal kesejahteraan sosial dan sinergi lintas sektor mampu mempercepat penurunan angka kemiskinan di DIY secara berkelanjutan.
Rektor UGM, Ova Emilia, menyatakan komitmennya untuk mendukung penuh program ini. Baginya, pengentasan kemiskinan membutuhkan kontribusi nyata akademisi melalui hilirisasi inovasi dan pengabdian kepada masyarakat.
“Kami percaya perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam pengentasan kemiskinan berbasis keilmuan. MoU ini menandai keterlibatan aktif kami bersama Kemensos dan Pemda DIY,” ujarnya dengan mantap.
Direktur Pemberdayaan Masyarakat Kemensos, Mira Kurniasih, menambahkan, para KPM yang lulus layak disebut sebagai lulusan sekolah kehidupan. Mereka berasal dari beragam latar pendidikan, mulai dari tidak tamat SD hingga sarjana, tetapi sama-sama memiliki tekad kuat untuk mandiri.
Mayoritas alumni PKH ini kini menjalankan usaha di bidang peternakan, perdagangan dan jasa, makanan dan minuman, kerajinan, menjahit, hingga pertanian. Rata-rata telah mengikuti PKH lebih dari lima tahun dan saat ini memiliki penghasilan di atas Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK).
Kegiatan graduasi ini mengusung lima nilai utama: Berani Memulai, Mandiri Melangkah, Buka Ruang Baru, Jadi Inspirasi, dan Ciptakan Cerita Baru. Nilai-nilai tersebut mampu menjadi obor semangat bagi ribuan KPM lainnya untuk segera menyusul menapaki jalan kemandirian. (ef linangkung)