
TUGUJOGJA – Tujuh hari sudah berlalu sejak Azka Nurfadillah, 28 tahun, warga Pondok Ranggon, Jakarta Timur, hilang di kawasan Pantai Siung, Tepus, Gunungkidul. Keluarga terus menyuarakan harapan dan doa dalam keputusasaan yang menggunung.
“Please come home, Azka,” jerit kakak kandung korban, Wilda, dengan suara bergetar saat konferensi pers, Sabtu (2/8/2025).
Suasana haru menyelimuti keluarga yang terus mengikuti perkembangan pencarian secara langsung di lapangan. Sejak laporan hilangnya Azka pada Minggu, 27 Juli 2025 pukul 10.30 WIB, keluarga tidak pernah lepas dari lokasi kejadian.
Petunjuk Krusial di Hari Kelima
Tim SAR gabungan dari Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah Operasi I, BASARNAS, Polsek Tepus, Ditpolair Polda DIY, relawan SENKOM, hingga pecinta alam, terus menyisir area pencarian dari pagi hingga petang.
Komandan SAR, Sunu Handoko Bayu Sagara, melaporkan bahwa pihaknya telah mengerahkan lima SRU (Search and Rescue Unit) darat dan satu tim drone untuk menjelajah medan ekstrem sekitar Pantai Siung.
SRU 1 menyisir jalur tebing ke arah timur hingga Bukit Pengilon. Lalu, SRU 2 menggunakan motor menuju kaki Gunung Batur dan melanjutkan pencarian hingga puncaknya.
Kemudian, SRU 3 bergerak ke barat hingga Pantai Nglambor. SRU 4 menelusuri jalur dari Pantai Nglambor ke Pantai Jogan melalui tebing. Sementara itu, SRU 5 menyusuri area bawah tebing dan akhirnya menemukan titik terang yang menyayat hati.
“Kami temukan mukena putih dan satu sandal kanan sekitar pukul 10.00 WIB di sisi barat Watu Togog, tepatnya di area Sawahan,” ungkap Sunu.
Barang-barang tersebut langsung dikenali dan dipastikan milik Azka oleh pihak keluarga. Keluarga yakin Azka tidak mengarah ke laut, tetapi tempat lain.
“Kami sudah observasi lokasi itu sebelumnya dalam kondisi surut dan kering, namun belum ada barang-barang tersebut,” jelas Wilda.
Ia menyampaikan bahwa keluarga merekam situasi lokasi pada pukul 07.13 menggunakan drone pribadi. Berangkat dari kejanggalan waktu penemuan barang dan kondisi lokasi, keluarga mulai mempertimbangkan kemungkinan besar bahwa Azka tidak jatuh atau terseret ke laut.
“Kami belum sepenuhnya yakin Azka mengarah ke laut. Kemungkinan besar Azka tersesat atau terperangkap di area daratan, seperti perbukitan, hutan, atau bahkan pemukiman warga yang terpencil,” ujar Wilda penuh keyakinan.
Hari ke-7 Hilangnya Wisatawan di Pantai Siung
Keluarga berharap agar pencarian tidak hanya fokus pada sisi laut, melainkan juga lebih intensif ke wilayah darat. Mereka menilai peluang Azka selamat masih ada jika ia tersesat di rimba atau pegunungan.
Meski diterpa ketidakpastian dan kepedihan, keluarga tetap menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak.
“Kami sangat bersyukur kepada Allah Ta’ala dan mengucapkan terima kasih setulus hati kepada Tim SAR Gunungkidul, BASARNAS, POLAIR, POLSEK Tepus, SENKOM, PPA DIY, IKBMY, MAPALA, dan seluruh warga yang tanpa lelah membantu pencarian Azka,” ucap Wilda.
Ia juga menyebut bahwa masyarakat sekitar Pantai Siung telah menunjukkan empati luar biasa.
“Dari hati yang terdalam, kami tahu kami tidak sendiri. Masyarakat Gunungkidul sudah seperti keluarga kami sendiri,” tambahnya.
Meski medan sulit dan ombak tinggi terus mengadang, Tim SAR tetap bertahan. Mereka melawan waktu dan alam demi menemukan Azka.
“Kami terkendala gelombang tinggi, terutama dalam menyisir area bawah tebing dan laut. Tapi kami tak menyerah,” tegas Sunu.
Kondisi ini membuat pencarian menggunakan drone dan jalur darat semakin vital. Relawan dan warga terus membantu memberi akses dan informasi yang mungkin berguna.
Hari ketujuh pencarian menjadi titik kritis. Setiap jam yang berlalu seakan menjadi denting waktu yang menekan dada keluarga. Namun, mereka tetap percaya pada keajaiban. Mereka memohon kepada siapa pun yang melihat, menemukan, atau mengetahui keberadaan Azka untuk segera melapor.
“Azka orang baik. Dia tidak akan menyerah. Kami yakin dia masih hidup, dan dia sedang berusaha kembali. Kami mohon, tolong bantu kami temukan dia. Please come home, Azka,” seru Wilda. (ef linangkung)