
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menegaskan komitmennya untuk menjadikan seluruh sekolah di Kota Yogyakarta sebagai sekolah unggulan. Pernyataan tersebut disampaikannya saat peluncuran dua program pendidikan baru, Sekolah Tunas Unggul dan Gresek (Gerakan Reresik Sekolah), dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 di SMP Negeri 16 Yogyakarta, Kamis (2/5/2025).
“Saya percaya semua sekolah itu bagus. Tidak ada sekolah yang tidak bisa jadi unggul. Tinggal bagaimana guru-gurunya, kepala sekolahnya, dan kita semua mau bekerja bersama,” tegas Hasto dalam sambutannya.
Ia menyebut bahwa seluruh sekolah memiliki potensi besar asal didukung dengan kolaborasi yang kuat antar pemangku kepentingan pendidikan.
Sebagai langkah awal, Pemkot menetapkan SMP Negeri 16 dan SD Puro Pakualaman sebagai proyek percontohan untuk program Sekolah Tunas Unggul. SMP 16 ditargetkan menjadi sekolah unggulan dalam tiga tahun ke depan, terutama dalam bidang penguatan kemampuan bahasa asing. Sementara itu, SD Puro Pakualaman dikembangkan dengan fokus pada penguatan karakter, budaya, akademik, dan penguasaan bahasa.
“Ini bagian dari program 100 Hari Kerja Pemerintah Kota Yogyakarta. Pendidikan jadi prioritas. Saya yakin SMP 16 bisa menjadi sekolah unggulan,” lanjut Hasto.
Selain itu, Pemkot juga meluncurkan Gresek atau Gerakan Reresik Sekolah sebagai bagian dari pendidikan karakter siswa. Gerakan ini mengajak seluruh warga sekolah untuk menjaga kebersihan lingkungan secara rutin, setiap Jumat Wage.
“Resik-resik sekolah ini wajib. Ini bukan hanya kegiatan rutin, tapi bagian dari pendidikan karakter. Sampah harus dikelola di sekolah, tidak dibawa pulang, tidak dibuang sembarangan,” ujar Hasto.
Ia juga mengusulkan agar gerakan ini dikenal sebagai Genre Sekolah (Generasi Reresik Sekolah) agar lebih melekat di kalangan muda.
Wali Kota Yogyakarta juga menekankan pentingnya akses inklusif dalam pendidikan. Ia memastikan bahwa semua anak difabel di Kota Yogyakarta harus bisa bersekolah tanpa hambatan biaya.
“Kalau ada anak difabel di Kota Jogja yang masih harus bayar untuk sekolah, tolong laporkan ke saya,” tegasnya.
Selain pendidikan formal, perhatian juga diberikan kepada remaja usia 15–25 tahun yang tidak sedang sekolah atau bekerja. Dalam 100 Hari Kerja, Pemkot berencana melakukan pendataan dan memberikan pelatihan kerja sebagai bentuk peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Kepala SMP Negeri 16 Yogyakarta, Sujiyana, menyambut antusias program ini dan menyebutnya sebagai tantangan sekaligus motivasi.
“Kami menangkap ini sebagai apresiasi luar biasa. Bahwa sekolah kami ternyata ditunggu untuk menjadi sekolah unggulan di Yogyakarta,” ujarnya.
Menurutnya, meskipun menghadapi tantangan dengan latar belakang siswa yang beragam, pihaknya tetap optimis dalam membangun budaya unggul di bidang akademik dan bahasa.
Dengan langkah-langkah konkret tersebut, Pemkot Yogyakarta menunjukkan keseriusan dalam menciptakan pemerataan mutu pendidikan dan menjadikan seluruh sekolah sebagai lembaga yang membanggakan.