
TUGUJOGJA – Pemerintah Kabupaten Kulon Progo terus mendorong penguatan budaya inovasi di lingkungan pemerintahan daerah.
Melalui gelaran Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tahun 2025 yang terintegrasi dengan sistem SINOVIK, Pemkab berharap dapat menciptakan ekosistem inovasi yang berkelanjutan dan berdampak nyata bagi masyarakat.
Kepala Bagian Organisasi Setda Kulon Progo, Siti Muqodimah, selaku penyelenggara, menyampaikan bahwa KIPP 2025 merupakan sarana untuk mempercepat pencapaian visi Asta Cita Kabupaten Kulon Progo.
Tujuan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2025
“Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang efektif, efisien, dan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat,” jelas Siti dalam laporannya.
Menurutnya, partisipasi aktif dari para ASN sangat diharapkan dalam menyusun dan menerapkan inovasi pelayanan yang menjawab tantangan di lapangan. Kompetisi ini juga menjadi ajang pembelajaran dalam menyusun proposal inovasi secara terstruktur dan berdampak.
Siti menambahkan, kompetisi ini telah berlangsung sebanyak sembilan kali sejak pertama berlangsung. Meski sempat vakum pada tahun 2024, capaian inovasi dari Kulon Progo sempat menembus Top 45 nasional lewat inovasi Cabai Paku.
“Ini menjadi bukti bahwa kita punya potensi besar dalam bidang inovasi pelayanan. Maka dari itu, kami mendorong seluruh perangkat daerah untuk aktif berpartisipasi dalam KIPP 2025 ini,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Kulon Progo Agung Setyawan menegaskan bahwa inovasi kini bukan lagi opsi, melainkan keharusan bagi seluruh instansi, mulai dari tingkat kabupaten hingga kalurahan. Inovasi adalah fondasi dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan berkelanjutan.
” Dengan berinovasi, kita dapat meningkatkan kinerja dan pelayanan publik secara signifikan,” kata Agung.
Ruang Kolaborasi
Ia mengajak seluruh instansi, termasuk BUMD dan pemerintah kalurahan, untuk mengirimkan inovasi terbaiknya. KIPP 2025 akan menjadi ruang kolaborasi, inspirasi, dan percepatan transformasi pelayanan publik di Kulon Progo.
“Jangan ragu untuk mencoba hal baru. Inovasi tak selalu rumit. Justru solusi sederhana yang tepat sasaran bisa memberi dampak besar,” pesannya.
Lebih lanjut, Agung menekankan pentingnya dokumentasi dan publikasi setiap langkah inovatif perangkat daerah. Ia berharap setiap OPD mampu tidak hanya menciptakan sistem baru, tetapi juga mengevaluasi dan mengomunikasikan pencapaiannya.
“Menjadi inovator berarti berani berubah, membuat sistem, menjalankan, mengevaluasi, dan mencatatnya. Dengan begitu, kerja kita bisa diukur, dikenali, dan menginspirasi,” tandasnya. (ef linangkung)