
TUGUJOGJA – Sabtu siang yang terik berubah mencekam ketika tubuh Slamet Raharjo ditemukan tak bernyawa, telungkup di area jogging track gelanggang pacuan kuda Komplek SSA, Trimulyo, Jetis, Bantul. Suasana mendadak sunyi. Nafas kehidupan seolah terhenti di tengah lintasan basah tempat almarhum bertugas menyiram.
Sabtu, 26 Juli 2025, sekitar pukul 13.29 WIB, saksi mata bernama Ardi Punta Wijaya terkejut ketika menemukan sosok pria tergeletak di atas paving block area dalam lintasan.
Tubuh itu tak bergerak. Nafasnya tak terdengar. Ardi segera berlari dan memberi tahu rekannya, Asrofi. Mereka panik, mereka terguncang—karena pria yang terbujur kaku itu adalah Slamet Raharjo, rekan kerja mereka sendiri.
Kronologi Sebelum Kejadian
Pagi itu, sekitar pukul 09.00 WIB, Slamet Raharjo (55), warga Sayidan, Prawirodirjan, Kota Yogyakarta, bersama Asrofi, mulai bekerja seperti biasa. Mereka bertugas mengairi lintasan gelanggang pacuan kuda di kawasan Ponggok II, Trimulyo, Jetis, Bantul. Sinar matahari menyengat, namun tugas tetap mereka laksanakan tanpa keluhan.
Slamet mengaku sakit di bagian pinggang, perut, dan dadanya terasa sesak. Meski begitu, ia tetap bertahan hingga waktu istirahat siang. Sekitar pukul 12.00 WIB, Slamet dan Asrofi duduk santai di pinggir lintasan, makan siang bersama di bawah bayangan pohon rindang.
Selesai makan, Asrofi pamit untuk mengambil termos air di rumah. Saat itu, Slamet masih bernapas, walau wajahnya terlihat lelah.
Ditemukan Tak Bernyawa dalam Posisi Telungkup
Saat Ardi melakukan pengecekan lokasi sekitar pukul 13.29 WIB, ia menemukan tubuh Slamet dalam kondisi telungkup. Ardi mendekat, memanggil, mengguncang tubuh itu—namun tak ada respons. Ia lalu bergegas mencari Asrofi dan mengabarkan kabar buruk itu.
Keduanya kemudian menghubungi Bhabinkamtibmas Kalurahan Trimulyo dan Polsek Jetis. Tim Identifikasi Polres Bantul bersama tenaga medis dari RS Nur Hidayah pun langsung meluncur ke lokasi. Mereka melakukan pemeriksaan menyeluruh di tempat kejadian.
Tidak Ditemukan Tanda Kekerasan, Diduga Serangan Jantung
Kasi Humas Polres Bantul, AKP I Nengah Jeffry Prana Widnyana, membenarkan peristiwa tersebut. Dalam keterangan resminya, ia menjelaskan bahwa tim medis tidak menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban.
“Dari hasil pemeriksaan luar yang dilakukan oleh dr. Ahmad Ali dari RS Nur Hidayah bersama Tim Identifikasi Polres Bantul, korban tidak menunjukkan lebam mayat, tidak dalam kondisi kaku, dan diprediksi baru saja meninggal kurang dari dua jam,” terang AKP Jeffry.
Dokter juga mencatat adanya keluarnya air mani, yang dalam kondisi medis sering kali menyertai kematian mendadak akibat serangan jantung. Dugaan kuat mengarah pada serangan jantung sebagai penyebab utama kematian.
Setelah prosedur identifikasi selesai, pihak kepolisian menyerahkan jenazah kepada keluarga korban yang diwakili oleh Ketua RT 11 Sayidan, Shodiq Ritwanto. Pihak keluarga menerima peristiwa ini sebagai musibah dan berencana memakamkan almarhum pada Minggu siang, 27 Juli 2025.