
TUGUJOGJA– Pemerintah Kota Yogyakarta menggagas program Food Bank Lumbung Mataraman sebagai bagian dari program Quick Win 100 hari kerja Wali Kota Hasto Wardoyo dan Wakil Wali Kota Wawan Harmawan.
Program ini bertujuan menyelamatkan makanan berlebih dari hotel dan restoran untuk kemudian didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan, seperti janda tua dan fakir miskin.
Kolaborasi untuk Program Food Bank di Yogyakarta
Sebagai langkah awal, para pelaku usaha hotel dan restoran yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY menandatangani komitmen bersama dalam mendukung program ini.
Saat ini, terdapat lebih dari 400 hotel yang beroperasi di Kota Yogyakarta, yang berpotensi besar berkontribusi pada keberlangsungan food bank.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyampaikan kolaborasi ini akan berjalan tanpa merepotkan pihak hotel dan restoran.
Pihaknya ingin kerja sama dengan hotel-hotel apabila suatu saat ada makanan yang masih bagus tapi tidak terkonsumsi dengan baik.
“Lewat Food Bank ini kami siap jemput bola. Makanan akan disalurkan kepada yang membutuhkan,” ujar Hasto.
Ia menambahkan, berbeda dengan kabupaten lain di DIY yang memiliki sawah dan hasil pertanian, Kota Yogyakarta mengandalkan kekuatan sumber daya manusia. Oleh karena itu, program Food Bank menjadi solusi konkret dalam mengatasi kerawanan pangan perkotaan.
Saat ini tercatat sebanyak 1.068 warga terdiri dari janda tua dan fakir miskin yang menjadi sasaran utama penerima manfaat food bank.
Untuk pelaksanaannya, hotel atau restoran yang memiliki makanan berlebih bisa langsung menghubungi Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta.
Penandatanganan Nota Kesepahaman
Dalam kesempatan sama, juga ditandatangani nota kesepahaman antara RS Pratama dengan sejumlah hotel terkait program Quick Wins Health Over Tourism. Hal ini merupakan upaya menciptakan ekosistem pariwisata yang juga memperhatikan aspek kesehatan.
Ketua PHRI DIY, Dedi Pranowo Ernowo, menyampaikan bahwa pihaknya mendukung penuh program food bank dan health over tourism.
Namun, ia menegaskan bahwa kontribusi dari pelaku usaha akan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
“Kami mendukung komitmen ini, tapi tentu kami tidak bisa memaksakan semua anggota. Produksi makanan di hotel dan restoran sangat memperhitungkan biaya. Namun, jika ada yang berlebih dan masih layak, kami siap salurkan melalui Pemkot,” jelas Dedi.
Dedi juga menyambut baik inisiatif Health Over Tourism yang akan semakin memperkuat citra Yogyakarta sebagai kota wisata aman dan peduli terhadap kenyamanan serta kesehatan pengunjung.
Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah dan sektor pariwisata, program Food Bank dan Health Over Tourism akan memberikan dampak positif.
Tak hanya dalam konteks sosial, hal itu juga memperkuat ekosistem pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan di Kota Yogyakarta. (ef linangkung)