
TUGUJOGJA – Pemerintah Kabupaten Gunungkidul bersama Dhibra Shiddiqiyyah menginisiasi pembangunan Rumah Syukur Kemerdekaan sebagai bentuk rasa syukur atas 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada Minggu, 22 Juni 2025, Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, bersama jajaran panitia dan tokoh masyarakat, melakukan peletakan batu pertama di rumah milik Sunyoto, warga Padukuhan Pragak, Kalurahan Semanu, Kapanewon Semanu.
Pemerintah daerah mendorong kolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup warga melalui penyediaan hunian yang layak. Kali ini, Rumah Syukur Kemerdekaan hadir sebagai simbol kuat kepedulian sosial dan semangat gotong royong di tengah masyarakat.
Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasinya terhadap Dhibra Shiddiqiyyah atas kontribusinya dalam membangun rumah layak huni bagi warga yang membutuhkan.
Ia menegaskan bahwa kegiatan ini mencerminkan semangat kemerdekaan yang tidak sekadar simbolik, tetapi juga menyentuh langsung kebutuhan nyata masyarakat.
Makna Sosial dan Semangat Gotong Royong
“Kegiatan ini tidak hanya menjadi simbol rasa syukur atas kemerdekaan bangsa kita yang telah menginjak 80 tahun, tetapi juga merupakan pengejawantahan nyata dari semangat gotong royong dan kepedulian sosial. Ini adalah bagian penting dari upaya bersama meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Joko di hadapan warga yang hadir.
Ia menambahkan, pembangunan rumah layak huni semacam ini dapat memicu semangat baru dalam kehidupan keluarga penerima manfaat.
Ia berharap rumah tersebut menjadi tempat penuh berkah dan menjadi titik balik menuju kehidupan yang lebih sejahtera.
Dhibra Shiddiqiyyah Wujudkan Ajaran Lewat Aksi Nyata
Program pembangunan rumah ini digagas oleh Dhibra Shiddiqiyyah, sebuah lembaga sosial berbasis nilai-nilai keagamaan yang telah menjalankan misi kemanusiaan sejak tahun 2000.
Wali Talkin Shiddiqiyyah, Khoirul Mudzakkir, menjelaskan bahwa pembangunan Rumah Syukur Shiddiqiyyah telah dilakukan di berbagai provinsi di Indonesia, termasuk di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Khusus di Gunungkidul, Dhibra Shiddiqiyyah secara konsisten membangun satu unit rumah setiap tahun. Ia menyebutkan, program ini lahir dari keyakinan bahwa rumah layak menjadi fondasi penting bagi kualitas hidup manusia.
“Rumah ini dibangun sebagai bentuk manfaat konkret ajaran Shiddiqiyyah kepada masyarakat. Jika tempat tinggal warga layak, harapannya kesehatan akan meningkat dan kehidupan menjadi lebih terjamin,” jelas Khoirul.
Pembangunan rumah berukuran 5 x 7 meter ini ditargetkan selesai dalam waktu 30 hari. Selain rumah, panitia juga membagikan 12 paket bantuan kepada warga sekitar yang membutuhkan, sebagai wujud solidaritas dan penguatan ikatan sosial antarwarga.
Kolaborasi Nyata Demi Kemerdekaan Bermakna
Pembangunan Rumah Syukur Kemerdekaan tidak hanya menyasar aspek fisik hunian, tetapi juga memupuk rasa saling peduli antarwarga. Pemerintah dan organisasi masyarakat berjalan beriringan dalam meneguhkan nilai-nilai luhur bangsa: gotong royong, kebersamaan, dan kasih sayang terhadap sesama.
Joko Parwoto berharap kegiatan seperti ini dapat menginspirasi banyak pihak. Ia mengajak organisasi keagamaan, komunitas, dan masyarakat luas untuk bersama-sama membangun Indonesia dari desa, dari keluarga, dan dari rasa kemanusiaan yang mendalam.
“Kepada keluarga penerima manfaat, kami ucapkan selamat. Semoga rumah ini kelak menjadi tempat yang penuh berkah, tempat bernaung yang memberikan ketenangan, keselamatan, dan semangat baru untuk menata kehidupan yang lebih baik,” tutup Joko.
Dengan hadirnya Rumah Syukur Kemerdekaan di Gunungkidul, masyarakat membuktikan bahwa rasa syukur terhadap kemerdekaan bangsa dapat terwujud melalui tindakan konkret yang menyentuh langsung kehidupan rakyat kecil.
Rumah sederhana ini menjadi simbol kebangkitan harapan, tempat menanam cita-cita, dan ruang baru untuk menjemput masa depan yang lebih cerah.