
Seluruh anak penyandang disabilitas di Kota Yogyakarta dijamin mendapatkan akses pendidikan secara gratis. Hal ini ditegaskan langsung oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, dalam forum “Pemimpin Mendengar: Tindak Lanjut Visi-Misi Wali Kota Yogyakarta” yang digelar di Selasar Barat Fisipol UGM pada Selasa (13/5/2025).
“Saya sudah meminta Dinas Pendidikan untuk melakukan survei dan memastikan seluruh anak difabel mendapatkan akses pendidikan secara gratis,” ujar Hasto di hadapan para peserta forum yang berasal dari beragam latar belakang, termasuk penyandang disabilitas, buruh informal, penggiat pendidikan, aktivis lingkungan, dan akademisi.
Dalam kesempatan tersebut, Hasto menekankan bahwa inklusivitas menjadi salah satu pilar utama dalam kepemimpinannya. Ia menegaskan pentingnya ruang yang setara bagi seluruh warga kota, termasuk kelompok rentan.
“Saya ingin memastikan tidak ada lagi intimidasi terhadap kegiatan keagamaan dan seluruh warga, termasuk penghayat kepercayaan dan penyandang disabilitas, punya ruang yang sama dalam pengambilan keputusan dan kehidupan kota,” tegasnya.
Forum “Pemimpin Mendengar” digagas oleh Yayasan LKiS dan Election Corner UGM sebagai bentuk praktik demokrasi partisipatif, sekaligus wadah bagi masyarakat untuk menyampaikan langsung aspirasi dan kritik terhadap kebijakan kota. Kehadiran Wali Kota secara langsung dalam forum ini disambut baik oleh peserta sebagai bentuk keterbukaan pemerintah terhadap masukan publik.
Selain isu pendidikan inklusif, Hasto juga menyoroti perlunya perlindungan lebih lanjut bagi para pekerja informal. Ia mengungkapkan bahwa sektor ketenagakerjaan di Yogyakarta masih didominasi oleh tenaga kerja dengan keterampilan rendah hingga menengah. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas dan pelatihan vokasi terus digencarkan.
“Kita masih didominasi oleh tenaga kerja dengan low dan medium skill. Maka program pelatihan peningkatan kapasitas terus digencarkan agar Yogyakarta menjadi center of reference di bidang ketenagakerjaan,” tambahnya.
Menurut Hasto, keragaman dan kompleksitas sosial di Kota Yogyakarta bukanlah hambatan, melainkan kekuatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan kebahagiaan warga.
“Yang menggerakkan kota adalah kompleksitasnya, yang penting service excellence tetap berjalan dengan baik. Kompleksitas bertambah maka ekonomi akan bertumbuh. Tidak hanya welfare tapi sudah mencapai tahap happiness,” pungkasnya.
Dengan komitmen kuat dari Pemerintah Kota Yogyakarta, diharapkan kota ini semakin maju sebagai kota yang ramah difabel, berkeadilan, dan inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat.