Waspada! Tantangan Pencegahan Penyebaran Antraks di Gunungkidul, Ini Kebiasaan Warga

Bagikan :
Tantangan Pencegahan Penyebaran Antraks di Gunungkidul/ Foto: Ef Linangkung

TUGUJOGJA– Di tengah upaya intensif Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk menekan penyebaran antraks, tantangan besar muncul.

Sebagian warga memiliki kebiasaan untuk memilih menjual ternaknya meski dalam kondisi sakit atau bahkan sudah mati.

Fakta mengejutkan, dari 26 kasus kematian hewan ternak yang terkonfirmasi positif antraks, hanya satu bangkai yang berhasil ditemukan.

Kejadian Mati Mendadak

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Wibawanti, mengungkapkan bahwa sejak Februari hingga April 2025, puluhan ternak, baik sapi maupun kambing, mati mendadak.

Kejadian berlangsung di wilayah perbatasan antara Gunungkidul dan Jawa Tengah, terutama di Kalurahan Tileng, Kapanewon Girisubo, dan Bohol, Kapanewon Rongkop.

“Dari data kami, ada 26 kasus kematian mendadak ternak yang terkonfirmasi antraks. Namun sangat disayangkan, hanya satu bangkai yang kami temukan di lapangan. Ini tentu menyulitkan dalam upaya pengendalian,” ungkap Wibawanti.

Tantangan Pencegahan Penyebaran Antraks di Gunungkidul

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pemiliknya justru menyembelih sebagian besar ternak yang terpapar antraks untuk menghindari kerugian ekonomi.

Baca juga  Genjot Layanan KB, Pemkot Yogyakarta Serbu Pasar Tradisional dan Toko Modern: Akseptor Dapat Rp1 Juta Lebih

Kemudian, mereka menjual daging hasil sembelihan tersebut, tanpa sadar dapat membawa spora antraks yang berbahaya bagi lingkungan sekitar.

“Salah satu kasus bahkan mencatat, sapi yang sudah dalam kondisi sekarat disembelih di kandang, lalu dagingnya dipikul sejauh satu kilometer. Ini tentu membuka potensi penyebaran spora di sepanjang jalur itu,” ujarnya prihatin.

Meski tantangan besar menghadang, Pemkab Gunungkidul tidak tinggal diam. Pemerintah telah menetapkan zona merah dan kuning, melakukan vaksinasi massal, serta edukasi intensif bagi masyarakat. Kesadaran kolektif menjadi kunci utama dalam memutus rantai penularan.

“Kita harus bekerja sama. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga kesehatan lingkungan dan masyarakat,” tegas Wibawanti.

Ia juga mengingatkan bahwa menyembelih atau menjual ternak yang sakit bukanlah solusi, melainkan memperbesar risiko bagi seluruh komunitas.

“Mari kita ubah cara pandang. Keselamatan bersama jauh lebih penting dari keuntungan sesaat,” tutupnya.

Dengan semangat gotong royong dan edukasi yang berkelanjutan, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul optimistis bisa menekan penyebaran antraks, dan kesehatan masyarakat tetap terjaga. (ef linangkung)

Baca juga  Pemkab Gunungkidul Tancap Gas Percepat Pembangunan, Gandeng 3 Perguruan Tinggi Sekaligus

Berita Terbaru

kecelakaan nmax
Pengendara N-Max Kehilangan Nyawa Seketika usai Tabrak Bokong Truk Bermuatan di Jalan Yogya–Wates
6100584037459545488
Jogja Fashion Week 2025 Hadirkan 67 Brand Lokal, Komunitas Difabel, hingga Warga Binaan
6100584037459545466
Cegah Konflik Sosial, Pemkot Yogyakarta Luncurkan Mobil Keliling LK3 untuk Perkuat Ketahanan Keluarga
szabo-viktor-vGE0yrnR9ac-unsplash
Soal dan Jawaban Modul 3.3 Pelatihan Anti Bullying Kemenag 2025
glenn-carstens-peters-npxXWgQ33ZQ-unsplash (2)
Cara Verval Ijazah di Info GTK 2025 Sesuai Kemendikbudristek, Cek Selengkapnya di Sini

TERPOPULER

Pasang Infografis Kode Etik Modul 3 PPG
Pasang Infografis Kode Etik Profesi Guru di Tempat yang Mudah Dilihat? Kunci Jawaban PPG Guru Tertentu Modul 3
blt-kis
Cara Ambil Bansos KIS BPJS Kesehatan 2025 Bagaimana? Apakah Berwujud BLT?
6098332237645858980
Kasus Judi Online di Bantul Sarat Kejanggalan, Gus Hilmy: Membantu Kejahatan adalah Kejahatan
COE-Agustus-2
Terbaru! Deretan Event Jogja Agustus 2025: Festival Budaya hingga Konser Musik di Kota Pelajar
6100584037459545298
JPW Desak Polda DIY Tangkap Bandar Judol: Logika Hukumnya Aneh, Masa Pemain Ditangkap, Bandarnya Dibiarkan?