
TUGUJOGJA – Sabtu malam, 2 Agustus 2025, menjadi sejarah baru bagi Kabupaten Bantul. Untuk pertama kalinya, Bantul Creative Carnival (BCC) digelar pada malam hari, menandai gebrakan baru dalam perayaan Hari Jadi ke-194 Kabupaten Bantul.
Ribuan warga memenuhi sepanjang jalan protokol dari Perempatan Klodran hingga Perempatan Sumuran, Gose. Gemuruh sorak-sorai dan cahaya lampu menyatu, menghadirkan atmosfer megah yang mengguncang jantung Bantul.
Pemerintah Kabupaten Bantul menggelar BCC dengan antusiasme tinggi. Warga mulai memadati rute karnaval sejak pukul 16.00 WIB.
Para pedagang kaki lima, komunitas seni, dan keluarga dengan anak-anak kecil tumpah ruah, menantikan perhelatan kreatif yang belum pernah mereka saksikan sebelumnya.
Tepat pukul 19.00 WIB, Marching Band Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) membuka karnaval dengan dentuman musik dan formasi spektakuler.
Setelah itu, iring-iringan Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, Wakil Bupati Arus Suharyanto, dan seluruh jajaran pejabat OPD melangkah gagah menuju panggung utama yang berdiri megah di kawasan Pasar Bantul.
Sebanyak 32 kontingen menampilkan pertunjukan yang memadukan seni tradisional, teknologi, dan ekspresi budaya lokal. Kontingen-kontingen tersebut datang dari berbagai organisasi perangkat daerah, kapanewon, hingga komunitas seni independen.
Tiap-tiap peserta menghadirkan koreografi tari, busana tematik, hingga arsitektur gerobak hias yang memukau penonton.
Tak hanya menjadi tontonan, arak-arakan ini menyampaikan pesan: Bantul bukan sekadar kabupaten biasa. Bantul adalah tanah kelahiran kreativitas.
Dalam sambutannya di atas panggung utama, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyampaikan kebanggaannya terhadap antusiasme masyarakat. Ia menegaskan bahwa Bantul memang layak menjadi pusat kreativitas di Indonesia.
“Seperti kita ketahui, Bantul merupakan gudangnya orang-orang kreatif. Banyak seniman dan karya seni, termasuk kerajinan, berasal dari sini. Semua itu lahir dari ide-ide kreatif, inovatif, dan tangan-tangan hebat warga Bantul,” tegasnya.
Bupati juga mengungkapkan bahwa pihaknya sengaja membatasi jumlah kontingen agar durasi acara tidak melampaui batas. Namun, jika tidak dibatasi, jumlah peserta bisa mencapai 50 kontingen dan berlangsung hingga subuh.
“Sudah kami batasi agar tidak terlalu panjang. Kalau tidak, bisa sampai 50 kontingen dan selesai hingga subuh,” ucapnya.
Abdul Halim menilai tingginya partisipasi mencerminkan karakter warga Bantul yang guyub, rukun, dan memiliki semangat golong gilig, semangat persatuan khas Mataraman yang masih lekat di jiwa masyarakat.
“Masyarakat Bantul itu maunya selalu bersama. Ini karakter satria kita: golong gilig. Kalau bersatu, banyak persoalan bisa kita atasi,” ujarnya.
Lebih dari sekadar perayaan, ia menyebut BCC sebagai bentuk ekspresi sosial yang mengakar. Ia menyatakan bahwa acara ini bukan hanya hiburan, melainkan representasi kekuatan budaya lokal yang memiliki nilai jual tinggi di kancah dunia.
Melalui BCC, Pemerintah Kabupaten Bantul semakin serius mendorong pencalonan Bantul sebagai Kota Kreatif Dunia versi UNESCO Creative Cities Network (UCCN) dalam kategori Craft and Folk Art. Abdul Halim menyebut karya-karya dalam karnaval ini menjadi bukti konkret bahwa Bantul pantas menyandang predikat itu.
“UNESCO butuh bukti. Ini salah satu buktinya. Tarian-tarian yang ditampilkan adalah bentuk folk art—seni rakyat, budaya yang sudah mengakar di Bantul,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa komitmen pemerintah untuk memfasilitasi ruang kreasi warga tidak akan berhenti di sini. Ia berjanji akan menggelar event-event serupa dengan skala yang lebih luas dan menjangkau lebih banyak kelompok seni.
Karnaval malam ini juga menghadirkan kompetisi antar peserta. Panitia menilai performa tiap kontingen dalam beberapa kategori: Juara Umum, Juara OPD, dan Juara Kapanewon.
Masing-masing kategori memiliki pemenang Juara I, II, III serta Harapan I dan II. Penjurian berlangsung ketat karena seluruh peserta menampilkan kualitas pertunjukan yang luar biasa.