
TUGUJOGJA – Gemericik minyak panas dan aroma gurih dari penggorengan kerupuk rambak menggema di setiap sudut Kalurahan Sodo, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul.
Suara dan bau itu bukan sekadar penanda aktivitas rutin, tetapi menjadi sinyal bahwa masa panen besar telah tiba bagi para perajin kerupuk kulit. Momen Iduladha 1446 H membawa limpahan berkah yang luar biasa bagi pelaku UMKM pengolah kulit sapi di wilayah ini.
Para perajin menyambut lonjakan pasokan kulit sapi hasil kurban dengan penuh antusias. Mereka tidak hanya menerima bahan baku dalam jumlah besar, tetapi juga mendapatkan harga yang jauh lebih murah daripada hari-hari biasa.
Kalurahan Sodo, yang sejak lama terkenal sebagai sentra produksi kerupuk kulit sapi rumahan, menjelma menjadi pusat kesibukan luar biasa.
Perajin Kerupuk Kulit di Gunungkidul
Susilo (35), seorang perajin kerupuk kulit asal Padukuhan Sidorejo, mengungkapkan lonjakan drastis dalam aktivitas produksinya. Ia mengolah kulit sapi hampir tiga kali lipat dari biasanya.
Jika di hari normal ia hanya memproses 1 hingga 2 ton kulit sapi basah, dalam sepekan terakhir ia harus menangani 3 hingga 5 ton. Beberapa perajin besar bahkan menerima pasokan hingga puluhan ton.
“Ini benar-benar berkah tahunan. Kulit sapi dari kurban Iduladha masuk dalam jumlah besar. Harganya pun jatuh jauh,” ujar Susilo sambil menunjukkan tumpukan kulit yang tengah dijemur di halaman rumah produksinya.
Harga kulit sapi basah yang biasanya mencapai Rp30 ribu per kilogram kini hanya berada di kisaran Rp8 ribu hingga Rp10 ribu. Bukan karena kualitas menurun, melainkan karena pasokan yang melimpah dan keterbatasan tempat penyimpanan. Situasi ini menciptakan peluang emas, tapi sekaligus menuntut kerja keras dan kecepatan dalam pengolahan.
“Kulit sapi tidak bisa disimpan lama. Kalau lambat, bisa busuk dan berbau. Jadi, kami harus kerja cepat siang malam,” tambah Susilo.
Proses Produksi Kerupuk Kulit
Proses produksi kerupuk rambak sendiri membutuhkan ketelatenan dan waktu. Kulit harus melalui tahap pembersihan, perebusan, penjemuran berhari-hari, pengirisan, penggorengan, hingga pengemasan. Semua itu harus berjalan secara berurutan tanpa jeda waktu panjang.
Pasar kerupuk kulit tidak pernah sepi. Camilan renyah berbahan dasar kulit sapi ini tetap menjadi favorit, terutama saat musim hajatan dan libur panjang.
Uniknya, kerupuk produksi Sodo kini telah menembus pasar luar daerah. Susilo menyebut pesanan dari luar Jawa seperti Makassar, Pontianak, hingga Palembang terus meningkat.
“Konsumen suka rambak dari sini karena renyahnya beda. Rasanya gurih alami, tidak banyak micin, dan kulitnya masih bagus,” katanya bangga.
Perajin di Kalurahan Sodo mulai menjalin kerja sama dengan toko oleh-oleh dan reseller luar daerah. Mereka mengandalkan media sosial dan platform e-commerce untuk memperluas pasar, meskipun belum semua pelaku UMKM menguasai teknik pemasaran digital.
“Kalau ada pelatihan online marketing atau bantuan kemasan kekinian, pasti produk kami bisa bersaing dengan produk daerah lain. Sekarang saja banyak yang repeat order,” ujar Susilo.
Tantangan Produksi
Meskipun panen berkah tengah berlangsung, para perajin tetap menghadapi tantangan serius. Cuaca yang tak menentu sering memperlambat proses penjemuran.
Mereka berharap adanya alat pengering modern seperti oven atau dehydrator untuk meningkatkan efisiensi. Selain itu, minimnya tenaga kerja dan alat produksi skala besar juga menjadi hambatan utama.
Tak hanya Susilo, hampir seluruh perajin di Kalurahan Sodo mengalami lonjakan produksi. Beberapa kelompok pengrajin bahkan mencatat peningkatan hingga dua kali lipat dibanding bulan biasa.
“Ini masa paling sibuk sekaligus masa paling menguntungkan. Semua anggota kelompok produksi kerja tanpa henti,” kata seorang perajin lainnya.
Fenomena ini memperlihatkan bahwa perayaan keagamaan seperti Idul Adha tidak hanya membawa keberkahan spiritual, tetapi juga membuka pintu rezeki bagi pelaku usaha kecil.
Momentum ini menjadi bukti bahwa sektor ekonomi rakyat memiliki kekuatan luar biasa jika dikelola dengan baik dan mendapat dukungan memadai.
Kalurahan Sodo kini memiliki potensi besar untuk tampil sebagai ikon kerupuk kulit sapi khas Gunungkidul. Jika pemerintah hadir memberikan pelatihan digital marketing, bantuan peralatan modern, serta fasilitasi pemasaran, para perajin dapat melangkah lebih jauh.
Mereka tidak hanya memperkuat ekonomi keluarga, tetapi juga menyumbang pada ketahanan ekonomi lokal secara keseluruhan.
“Harapan kami, ada perhatian lebih dari pemerintah. Supaya usaha kecil seperti kami bisa naik kelas dan membawa nama Gunungkidul ke level nasional,” pungkas Susilo penuh harap. (ef linangkung)