
TUGUJOGJA – Pantai Sepanjang, Tanjungsari, mendadak jadi pusat perhatian. Sabtu siang (2/8/2025), sekitar pukul 11.30 WIB, dua ekor penyu mati terdampar di tepi pantai.
Wisatawan awalnya melihat dua benda besar mengapung di tengah laut, menyerupai karung atau batu karang. Ombak terus menggulung benda asing itu semakin mendekat ke bibir pantai.
Ketika jaraknya cukup dekat, pengunjung langsung mengenali bentuk khas cangkang dan sirip, dua penyu laut, dalam keadaan tak bernyawa.
Wisatawan langsung berhamburan mendekat. Anak-anak menjerit penasaran. Beberapa pengunjung merekam video dan mengambil foto dari berbagai sudut.
Petugas SAR Satlinmas Korwil II DIY yang berjaga langsung turun tangan mengamankan lokasi. Mereka memeriksa kondisi penyu dan berkoordinasi dengan aparat setempat untuk memastikan keamanan pengunjung.
Penyu Mati di Pantai Sepanjang
“Kejadiannya sekitar jam dua belas siang. Saat itu pantai sedang ramai. Dua benda besar mengapung dan terbawa ombak. Setelah dekat, ternyata penyu dalam kondisi mati,” ujar salah satu anggota SAR yang bertugas di lokasi.
Penyu pertama yang terdampar diperkirakan berbobot 25 kilogram. Penyu kedua jauh lebih besar, dengan estimasi berat mencapai 100 kilogram. Kedua bangkai penyu tersebut terdampar dalam posisi terbalik, menunjukkan tanda-tanda kelelahan ekstrem dan luka benturan pada cangkangnya.
Di antara kerumunan, seorang anak perempuan bernama Anisa Radina Bani Zahra (13), wisatawan asal Sleman, mengaku takjub tapi sedih. Ia baru pertama kali melihat penyu secara langsung.
“Biasanya cuma lihat di buku atau TV. Sekarang lihat langsung, tapi sayangnya penyu-nya sudah mati. Kasihan,” ujar Anisa.
Sekretaris SAR Satlinmas Korwil II Baron, Surisdiyanto, langsung memberikan penjelasan. Ia menyampaikan dugaan awal bahwa perubahan iklim dan gelombang tinggi berkontribusi terhadap kematian dua penyu tersebut.
“Dalam beberapa hari terakhir, tinggi gelombang di Pantai Selatan DIY mencapai lebih dari 1,5 meter. Gelombang sebesar itu bisa membuat penyu terbawa arus deras, terbentur batu karang, atau terjebak kelelahan di pusaran air,” terang Suris dengan nada prihatin.
Ia juga menyebut bahwa suhu permukaan laut yang meningkat akibat pemanasan global bisa memengaruhi sistem navigasi alami penyu, memperlemah fisik, bahkan menyebabkan kematian mendadak di tengah laut.
Dugaan Jenis Penyu
Suris menyebutkan bahwa dari ciri fisiknya, kedua penyu yang terdampar kemungkinan besar termasuk jenis penyu lekang (Lepidochelys olivacea).
Penyu lekang memiliki ciri khas cangkang berbentuk hati, pipih, berwarna hijau keabu-abuan, dengan jumlah sisik punggung antara lima hingga sembilan buah.
“Kalau dilihat dari ukuran dan bentuk tempurungnya, ini kemungkinan besar penyu lekang. Namun, untuk memastikan secara ilmiah, kami harus menunggu hasil identifikasi dari lembaga kelautan atau BKSDA,” tambahnya.
Penyu lekang termasuk salah satu dari enam spesies penyu laut yang umum dijumpai di perairan Indonesia dan masuk dalam daftar satwa yang dilindungi oleh undang-undang nasional dan konvensi internasional. (ef linangkung)