
TUGUJOGJA – Pemerintah Kota Yogyakarta terus menyalakan bara semangat perubahan di tengah masyarakat.
Melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Pemkot kembali menggulirkan Gerakan Kampung Panca Tertib, sebuah strategi pembinaan berbasis komunitas yang bertujuan menciptakan kampung yang bersih, tertib, dan berkarakter.
Kali ini, Pemkot Yogyakarta secara resmi mencanangkan gerakan tersebut di Kampung Sagan dan Kampung Resonegaran, Kelurahan Terban, Kemantren Gondokusuman.
Deklarasi Gerakan Kampung Panca Tertib
Dalam acara yang berlangsung di Hotel Galuh Anindita, Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo langsung memimpin deklarasi dan menyerukan komitmen bersama warga untuk menjalankan transformasi sosial secara berkelanjutan.
Dengan penuh ketegasan, Hasto Wardoyo menolak pendekatan seremonial yang tidak menghasilkan perubahan nyata. Ia mengajak seluruh elemen warga untuk bergerak bersama.
“Biasanya kita berhenti di seremoni launching. Tapi kali ini kita harus melangkah lebih jauh. Harus ada perubahan nyata, sekecil apapun. Action-nya konkret,” tegas Hasto.
Wali Kota menekankan bahwa Gerakan Kampung Panca Tertib bukan hanya sekadar kampanye kepatuhan terhadap aturan. Ia menyebut gerakan ini sebagai langkah nyata membentuk kebiasaan hidup positif dan memperkuat nilai-nilai kearifan lokal Segoro Amarto.
Lima Pilar Ketertiban
Gerakan ini menitikberatkan pada lima pilar utama ketertiban.
- Tertib Administrasi
- Tertib Lingkungan
- Tertib Berlalu Lintas
- Tertib Sosial
- Tertib Hukum
Kelima aspek tersebut, menurut Hasto, menjadi pondasi utama membangun Kota Yogyakarta yang nyaman, aman, dan berkarakter kuat.
Ia menyebut perubahan perilaku warga sebagai kunci keberhasilan gerakan ini, serta mendorong semangat gotong royong yang lahir dari akar budaya masyarakat Yogyakarta.
Kepala Satpol PP Kota Yogyakarta, Octo Noor Arafat, menjelaskan bahwa pencanangan ini merupakan kampanye ke-146 dan ke-147 dari total 169 kampung yang menjadi target hingga 2026. Kampung Sagan dan Resonegaran memilih memprioritaskan aspek tertib lingkungan.
“Mereka ingin menekan sampah liar dan mengoptimalkan lorong-lorong kampung sebagai lorong sayur dan buah,” jelas Octo.
Ia menggarisbawahi pentingnya sinergi. Satpol PP tidak bekerja sendiri, melainkan menjalin kemitraan erat dengan berbagai OPD, lembaga masyarakat, hingga kampus-kampus. Pendekatan ini memungkinkan penyesuaian program berdasarkan permasalahan spesifik dan komitmen warga di tiap kampung.
Octo menggarisbawahi bahwa Gerakan Kampung Panca Tertib mendukung visi-misi Wali Kota Yogyakarta, terutama dalam tiga isu strategis:
Pendidikan Karakter, yang kini tidak hanya menyasar sekolah melalui program Satpol PP Berkah, tetapi juga mulai merambah lingkungan kampung. Kelestarian Lingkungan, yang mendorong pengelolaan sampah terintegrasi dan pelestarian ruang hijau sebagai gaya hidup warga.
Ketahanan Pangan, dengan pengembangan lorong-lorong pangan berbasis warga seperti yang telah berjalan sukses di Suronatan dan Kampung Tompeyan.
Pemkot Yogyakarta tidak berhenti di tahap deklarasi.
Octo memastikan bahwa timnya akan terus mengevaluasi dan memantau keberlanjutan program di tiap kampung. Ia menargetkan agar kampung-kampung yang berhasil membangun ketertiban dan inovasi sosial bisa menjadi model inspiratif.
“Kami akan identifikasi potensi unggulan di setiap kampung. Model ini akan kita sebarkan agar jadi inspirasi dan memperkuat gerakan Kampung Panca Tertib di seluruh Kota Yogyakarta,” tutupnya. (ef linangkung)