
TUGUJOGJA – Di tengah derasnya arus digitalisasi dan ketatnya persaingan usaha kuliner, seorang pemuda asal Kulon Progo, Fahrizal, justru berhasil menorehkan kisah manis.
Ia mengubah kegagalan awal menjadi pintu gerbang kesuksesan melalui produk sederhana: keripik pisang beraneka rasa. Dengan semangat pantang menyerah, Fahrizal membuktikan bahwa buah lokal bisa jadi komoditas bernilai tinggi jika diproses dengan kreativitas.
Gagal Jual Mi Lidi, Fahrizal Pantang Menyerah
Fahrizal memulai langkahnya dalam dunia bisnis dengan memproduksi mi lidi berbagai rasa. Ia berani mengolah jajanan nostalgia itu menjadi produk kekinian.
Namun, perjalanan tidak semulus yang ia harapkan. Penjualan mi lidi berjalan tidak stabil, permintaan fluktuatif, dan biaya produksi terus menekan margin keuntungan. Meski begitu, Fahrizal tidak menyerah.
“Saya terus berpikir dan mencari celah. Saya merasa harus menciptakan produk baru yang lebih bisa diterima pasar dan lebih luas jangkauannya,” ungkap Fahrizal saat ditemui di rumah produksinya.
Tidak berhenti di kegagalan, Fahrizal mulai bereksperimen dengan olahan pisang. Ia mencoba mengolah buah yang mudah didapatkan di sekitar Kulon Progo menjadi keripik pisang dengan cita rasa unik.
Ia tidak tanggung-tanggung. Fahrizal menciptakan delapan varian rasa kekinian: cokelat, matcha, hazelnut, stroberi, taro, vanila, mangga, dan tiramisu.
Produk ini ia kemas dengan nama brand Lumerin.co, yang kini telah dikenal luas sebagai produsen camilan pisang premium khas Kulon Progo.
“Saya ingin keripik pisang tidak lagi dianggap jadul. Saya ingin generasi muda menikmati camilan lokal dengan tampilan modern dan rasa kekinian,” tutur Fahrizal.
Dari Kulon Progo ke Nusantara, Lumerin.co Menjangkau Seluruh Indonesia
Dengan kerja keras dan konsistensi, Fahrizal membangun sistem distribusi secara online dan offline. Ia mengandalkan kekuatan digital marketing dan marketplace untuk menjangkau pelanggan di berbagai wilayah Indonesia.
Ia juga membuka kemitraan dengan toko oleh-oleh dan kafe lokal untuk memperluas jangkauan offline.
Saat ini, sebanyak 20 pekerja lokal membantu proses produksi dan pemasaran Lumerin.co. Mereka memproduksi, mengemas, dan mengirim pesanan setiap hari. Keberadaan tim ini tak hanya meningkatkan kapasitas produksi, tapi juga membuka lapangan kerja baru di wilayah Kulon Progo.
Kerja keras Fahrizal membuahkan hasil yang mencengangkan. Ia berhasil mencatat omzet tertinggi hingga ratusan juta rupiah, terutama saat momen hari raya seperti Lebaran dan Natal. Permintaan membludak, bahkan ia kerap kewalahan menerima pesanan dari berbagai penjuru negeri.
“Alhamdulillah, pemasaran sudah menjangkau seluruh Indonesia. Saat hari besar, omzet bisa tembus ratusan juta rupiah,” ujar Fahrizal.
Meski telah menikmati kesuksesan di pasar domestik, Fahrizal tidak berhenti bermimpi. Ia menargetkan produk Lumerin.co bisa menembus pasar internasional. Ia mulai mempelajari regulasi ekspor dan menjalin komunikasi dengan distributor luar negeri.
“Saya ingin pisang Kulon Progo dikenal dunia. Saya ingin anak muda percaya bahwa mereka bisa sukses dari kampung halaman sendiri,” tegas Fahrizal.