
TUGUJOGJA – Slamet Nugraha, seorang TKI ilegal asal Padukuhan Mulusan, Kalurahan Mulusan, Kapanewon Playen, Gunungkidul, meninggal dunia di Taiwan. Pria berusia 35 tahun itu mengembuskan napas terakhir di kamar kosnya.
Kabar duka tersebut membuat keluarga di kampung halaman terpukul. Mereka tidak pernah menyangka Slamet pulang dalam kondisi tak bernyawa.
Kisah TKI Ilegal dari Gunungkidul
Lurah Mulusan, Supodo, membenarkan kabar meninggalnya Slamet. Supodo menegaskan Slamet pergi ke Taiwan untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Slamet ingin melunasi utang mendiang istrinya. Namun, takdir berkata lain. Supodo mengatakan,
“Dia merantau ke Taiwan untuk memperbaiki ekonomi keluarga dan melunasi utang yang ditinggalkan almarhumah istrinya. Tapi dia malah pulang dalam keadaan sudah tidak bernyawa,” ujarnya.
Supodo menyampaikan keluarga kini membuka donasi untuk membantu pemulangan jenazah. Mereka membutuhkan biaya sekitar Rp150 juta. Hingga saat ini, jenazah Slamet masih berada di Taiwan menunggu kepastian dipulangkan ke kampung halaman.
Slamet meninggalkan dua orang anak perempuan. Anak pertamanya baru lulus SMK dan anak kedua masih duduk di kelas 1 SD. Supodo mengatakan keluarga sangat terpukul.
“Dia itu duda, belum punya rumah. Merantau untuk mengubah nasib, tapi takdir berkata lain,” ucapnya lirih.
Pemerintah kalurahan dan keluarga terus mengurus dokumen pemulangan jenazah. Mereka menyiapkan surat keterangan domisili dan paspor Slamet. Karena Slamet berangkat secara ilegal, KBRI tidak bisa membantu secara langsung.
“Kalau berangkatnya resmi, biasanya pihak KBRI yang langsung membantu proses pemulangan. Tapi ini sepertinya ilegal, jadi keluarga harus berjuang sendiri,” tambahnya.
Kepala Bidang Tenaga Kerja Dinas Perindustrian, Koperasi UKM dan Tenaga Kerja Gunungkidul, Nanang Putranto, membenarkan Slamet berangkat secara nonprosedural. Nanang menegaskan, Informasi yang ia terima, Slamet masuk Taiwan sekitar tahun 2019 sebagai PMI nonprosedural.
Nanang menjelaskan pemerintah Taiwan sempat menawarkan opsi kremasi untuk menekan biaya pemulangan. Namun, keluarga Slamet bersikeras ingin memakamkan jenazahnya di tanah kelahiran.
Respons Pemerintah
“Kami sudah berkoordinasi dengan BP3MI Jakarta untuk membantu proses ini,” kata Nanang.
Nanang menambahkan proses pemulangan jenazah akan memakan waktu lama. Polisi Taiwan masih melakukan penyelidikan karena Slamet ditemukan meninggal di kamar kos, bukan di rumah sakit.
“Kami menunggu hasil penyelidikan di Taiwan,” ujarnya.
Senin kemarin, Nanang mendampingi warga saat audiensi dengan Ketua DPRD Gunungkidul. Dalam audiensi itu, Kepala Dukuh Mulusan menceritakan kondisi Slamet.
Menurut keterangan, Slamet sudah meninggal sejak Sabtu lalu. Keluarga menandatangani berkas administrasi pemulangan. Mereka juga menyampaikan biaya pemulangan jenazah mencapai ratusan juta rupiah.
Nanang mengungkapkan pihak keluarga mendapat tawaran dari pemerintah Taiwan untuk melakukan kremasi. Namun, perwakilan keluarga menolak. Mereka ingin jenazah Slamet dipulangkan utuh.
“Kami konfirmasi ke BP3MI Jakarta dan memang benar Slamet meninggal dunia. Prosesnya masih penyidikan di sana dan jenazah masih di rumah sakit,” ungkap Nanang.
Nanang menjelaskan proses pemulangan PMI ilegal membutuhkan waktu lama. Ia mencontohkan kasus serupa di Malaysia yang memakan waktu hingga dua bulan.
Nanang menegaskan, meskipun berstatus ilegal, pemerintah tetap memberi perlindungan kepada warganya. Namun, ia belum bisa memastikan bentuk perlindungan tersebut.
“Kami belum tahu bentuk perlindungannya seperti apa karena menunggu proses di Taiwan,” imbuhnya.
Nanang mengungkapkan pemerintah belum mengetahui jenis pekerjaan Slamet. Pasalnya, Slamet berstatus ilegal dan selalu berpindah-pindah untuk menghindari operasi yustisi. Teman-temannya tidak tahu pekerjaan terakhirnya.
“Kalau data ilegal kami tidak tahu karena Slamet itu pakai paspor wisata. Pernah sekali tertangkap operasi yustisi dan surat-suratnya disita polisi setempat,” kata Nanang.
Setelah terkena operasi yustisi, Slamet lepas dari polisi. Namun, tidak ada yang tahu bagaimana ia bisa bebas. Sejak saat itu, Slamet selalu menghindari operasi yustisi. Teman-temannya mengaku jarang mendengar kabarnya. Slamet pernah menghubungi temannya sekali saja sejak di Taiwan.
Perwakilan keluarga saat audiensi mengaku Slamet tidak pernah mengirim uang kepada keluarga di kampung. Mereka hanya mendengar kabar bahwa Slamet meninggal di negeri orang, tanpa sempat menuntaskan cita-cita memperbaiki ekonomi keluarga. (ef linangkung)