
TUGUJOGJA – Pemerintah Kota Yogyakarta terus menebar harapan bagi warga kurang mampu melalui program bedah rumah tidak layak huni (RTLH). Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, memimpin langsung kegiatan bedah rumah pada minggu kedua Juli 2025.
Dengan tegas, ia menyatakan program tersebut tidak menggunakan dana APBD sama sekali. Ia memastikan seluruh pembiayaan berasal dari gotong royong warga dan para donatur.
Sasaran Bedah Rumah di Yogyakarta
Pada akhir pekan ini, program bedah rumah menyasar dua titik. Tim bedah rumah bergerak memperbaiki rumah milik Putrini, warga RW 02 Tegal Lempuyangan, Kelurahan Bausasran, serta rumah Sumargono, warga RT 21 RW 07 Kelurahan Prawirodirjan.
Kedua rumah tersebut sudah lama menunggu sentuhan kepedulian. Kondisi rumah Putrini dan Sumargono sama-sama memprihatinkan. Atap rumah mereka hampir roboh, pembatas rumah dari kayu sudah lapuk, dinding kusam, dan lantai tanahnya menimbulkan kesan kumuh yang menyesakkan dada siapa pun yang masuk.
Wali Kota Hasto Wardoyo bersama Wakil Wali Kota Yogyakarta Wawan Harmawan turun langsung meninjau dan memimpin perbaikan. Mereka hadir bersama jajaran DPRD, Perangkat Daerah, BPD DIY, Baznas, komunitas Ershi Polri Angkatan 2001, Anis Co Grup, Takmir Masjid, RT RW, serta warga sekitar.
Hasto menegaskan seluruh program bedah rumah warga sejak awal murni menggunakan dana gotong royong masyarakat. Ia ingin semua pihak memahami bahwa kebersamaan adalah kunci perubahan.
“Inilah bukti bahwa dengan gotong royong semuanya akan terasa lebih ringan dan bisa diwujudkan. Alhamdulillah hari ini ada dua rumah yang diperbaiki, dengan dukungan dan bantuan dari BPD DIY, Baznas, Ershi Polri Angkatan 2001, Anis Co Grup, dan warga sekitar,” ujar Hasto di sela meninjau rumah Sumargono.
Hasto menjelaskan kondisi rumah Sumargono di Kelurahan Prawirodirjan sangat menyedihkan. Rumah itu hanya memiliki lebar 2,75 meter dan panjang 6 meter. Ia masuk ke rumah Sumargono dan melihat langsung ruang tamu yang merangkap menjadi tempat tidur.
Dapur kecil di sebelahnya terlihat kotor dengan barang-barang berserakan di lantai. Tangga kayu kecil mengarah ke ruang sempit di atas yang dijadikan kamar tidur.
“Saat saya masuk ke rumah Pak Margono ini ada ruang tamu sekaligus tempat tidur, kemudian dapur di sebelahnya yang kurang layak. Semuanya berserakan di lantai. Kemudian di atas itu dibuat ruang kecil untuk kamar. Semoga setelah diperbaiki bisa lebih baik dan nyaman untuk tinggal,” jelas Hasto dengan nada prihatin.
Respons Warga
Hasto menegaskan program bedah rumah bukan hanya menyelesaikan persoalan fisik bangunan, tetapi juga meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Ia menekankan rumah kumuh dapat memicu munculnya penyakit yang membahayakan seluruh lingkungan.
“Kalau rumahnya kumuh akan menimbulkan masalah kebersihan, nanti muncul potensi penyakit yang bisa menyebar ke lingkungan sekitarnya. Jadi saya pesan ayo kita semua lebih peduli dengan sekitar, gotong royong membantu tetangga warga kita yang membutuhkan,” pesan Hasto tegas.
Sumargono (61), sang pemilik rumah, menahan haru saat melihat para pekerja mulai membongkar bagian rumahnya yang rapuh. Ia bekerja sebagai penggerobak sampah. Upah kecilnya tidak pernah cukup untuk memperbaiki rumah yang selama ini nyaris roboh dimakan usia.
“Alhamdulillah rasanya senang, semoga bisa hidup lebih nyaman, supaya istri dan anak juga tambah bahagia. Terima kasih banyak untuk semuanya yang sudah membantu kami, alhamdulillah sangat bersyukur,” ucap Sumargono sambil menatap langit-langit rumahnya yang sebentar lagi akan berganti dengan atap kokoh dan aman.
Program bedah rumah tidak layak huni ini akan terus berlanjut setiap akhir pekan. Pemerintah Kota Yogyakarta bertekad menyentuh rumah-rumah warga miskin lainnya agar mereka bisa hidup lebih sehat dan nyaman.
Hasto pun memastikan semangat gotong royong ini akan menjadi teladan baik bagi seluruh masyarakat, demi mewujudkan Yogyakarta sebagai kota penuh kepedulian dan kasih. (ef linangkung)