
TUGU JOGJA – Di tengah laju globalisasi yang kian pesat dan mendominasi berbagai sektor kehidupan, termasuk industri kuliner, muncul satu nama yang membawa angin segar dari jantung Indonesia: Nusavara Yogyakarta.
Dari sebuah dapur di Kota Pelajar, sebuah semangat besar untuk membawa kekayaan rasa Indonesia ke panggung yang lebih tinggi, adalah Veri Widodo, S.E., M.M., alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FEB UMY), memilih untuk kembali ke akar: cita rasa lokal.
Lewat brand kuliner Nusavara Yogyakarta, ia menyuguhkan lebih dari sekadar makanan, ia menghadirkan semangat kebangsaan lewat sepiring sajian Nusantara.
Nusavara Yogyakarta kini dikenal luas sebagai penyedia layanan makan box, snack box, dan prasmanan yang menjunjung tinggi cita rasa khas Indonesia.
Namun, bagi Veri, brand ini bukan semata urusan dagang. Lebih jauh dari itu, Nusavara adalah gerakan yang membawa misi besar untuk memperkuat ekonomi bangsa lewat kekayaan rempah dan tradisi kuliner tanah air.
Mengusung konsep flavor with purpose, Veri menyatukan rasa yang otentik dengan filosofi mendalam: memajukan produk lokal dan memberdayakan masyarakat sekitar.
Semua bahan yang digunakan dalam setiap hidangan dipilih dari pertanian dan produksi lokal, menjadikan setiap sajian sebagai lambang kemandirian dan kedaulatan dalam sektor pangan.
Dalam pernyataannya, Veri menyampaikan alasan kuat di balik pendirian Nusavara. Ia mengatakan, “Saya ingin usaha ini menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar pencarian profit. Ketika kita membangun dari apa yang kita punya budaya, rasa, dan sumber daya lokal, di situlah kekuatan kita sebagai bangsa muncul,” tuturnya penuh semangat.
Ciri khas Nusavara terletak pada kemampuannya menyampaikan cerita melalui makanan. Setiap sajian menyimpan narasi tentang kekayaan budaya Indonesia, mulai dari bumbu khas wilayah timur Indonesia, kehangatan cita rasa rempah dari Sumatera, hingga sentuhan lembut masakan Jawa.
Melalui pendekatan ini, Nusavara tidak hanya memberi pengalaman kuliner, tetapi juga menghadirkan edukasi budaya kepada konsumennya.
Lebih dari sekadar usaha katering, Nusavara Yogyakarta juga menjadi medium perubahan sosial. Veri meyakini bahwa pembangunan ekonomi tidak harus dimulai dari lingkar kekuasaan atau kota besar.
Ia justru melihat potensi besar yang lahir dari dapur-dapur kecil dan tangan-tangan masyarakat lokal yang cinta pada negerinya. Dengan semangat tersebut, ia menjadikan Nusavara sebagai ruang bagi pemberdayaan dan penciptaan nilai ekonomi dari bawah.
Langkah nyata dari komitmen itu bisa dilihat dari bagaimana Nusavara memberdayakan petani, produsen bahan baku lokal, hingga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar.
Dengan melibatkan mereka dalam rantai produksi dan distribusi, Veri menciptakan ekosistem usaha yang saling mendukung dan berkelanjutan.
Kini, di setiap kotak makan yang dikirim ke pelanggan, terkandung lebih dari sekadar nasi, lauk, dan sayur. Tersimpan di dalamnya adalah semangat untuk memajukan bangsa dari dapur sendiri.
Dalam setiap rasa yang dihadirkan, ada jejak cinta terhadap negeri, ada nilai budaya yang dijaga, dan ada ekonomi lokal yang diberdayakan.
Melalui Nusavara Yogyakarta, Veri Widodo membuktikan bahwa kuliner bisa menjadi sarana untuk membangun bangsa.
Bukan hanya dengan rasa yang lezat, tetapi juga dengan niat yang tulus dan misi yang besar. Ia menunjukkan bahwa cinta tanah air tidak harus diekspresikan lewat aksi besar, tetapi bisa diwujudkan dari hal sederhana, dari sepiring makanan yang jujur pada akarnya.
Dengan filosofi Membangun Rasa, Membangkitkan Bangsa, Nusavara bukan sekadar bisnis makanan. Ia adalah simbol dari perlawanan terhadap hilangnya jati diri kuliner, sekaligus gerakan kecil yang mencita-citakan perubahan besar untuk Indonesia.***