
TUGUJOGJA — Tangis duka menyelimuti keluarga besar Muhammadiyah. Pada Rabu (30/7), pukul yang tak lagi mundur mencatatkan nama besar yang berpulang ke haribaan Ilahi.
Rosyad Sholeh, tokoh kunci organisasi Muhammadiyah, wafat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Kepergiannya meninggalkan ruang kosong di tubuh Persyarikatan yang tak mudah tergantikan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, langsung mengungkapkan rasa kehilangan mendalam.
Haedar tidak hanya kehilangan seorang kolega, tetapi juga seorang guru, sahabat, dan sekaligus ensiklopedia hidup organisasi Muhammadiyah. Ia menyebut almarhum sebagai sosok yang menguasai seluk-beluk Muhammadiyah dari A sampai Z.
“Boleh dikatakan Pak Rosyad Sholeh adalah kamus Muhammadiyah di bidang organisasi,” ujar Haedar.
Haedar menceritakan, jauh sebelum ia aktif di pucuk pimpinan Muhammadiyah, Rosyad Sholeh telah menunjukkan dedikasi luar biasa. Saat Angkatan Muda Muhammadiyah masih dalam fase dinamis, Rosyad sudah setia berada di samping Pak AR Fakhruddin dalam memimpin Pimpinan Pusat.
Ia tidak hanya menjalankan peran administratif, tapi juga menjadi bagian vital dari pengambilan keputusan strategis.
Rosyad juga sosok pemikir. Ia menulis buku “Manajemen Dakwah” yang tidak hanya menjadi panduan teknis, tetapi juga cerminan kedalaman intelektualnya di bidang manajemen gerakan Islam.
Buku itu menjadi salah satu literatur wajib bagi kader-kader Muhammadiyah yang ingin menekuni dunia dakwah dan organisasi secara serius.
Haedar mengungkapkan bahwa kehadiran Rosyad di Pimpinan Pusat Muhammadiyah tak pernah lepas dari peran penting di bidang ideologi dan tata kelola organisasi. Ia memegang teguh prinsip dan konsistensi dalam setiap keputusan.
Saat periode 2000–2005, Rosyad menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan Pusat di bawah kepemimpinan Prof. Syafii Maarif. Haedar, yang saat itu menjabat sebagai sekretaris, mengakui banyak belajar langsung dari Rosyad dalam hal teknis maupun filosofis mengelola organisasi besar.
“Beliau senantiasa tegas menegakkan aturan Persyarikatan,” tutur Haedar.
Tidak hanya soal kedisiplinan dan keilmuan, Haedar juga menyoroti keikhlasan Rosyad Sholeh. Ia menyebut almarhum sebagai figur yang tidak mencari sorotan, tetapi tetap menjadi pusat gravitasi organisasi. Ia menyerap dan menguasai informasi lintas zaman, dari dinamika internal hingga strategi eksternal Muhammadiyah.
“Saya banyak memperoleh informasi penting dari beliau tentang dinamika Muhammadiyah dari periode ke periode. Ilmu dan pengalamannya tidak ada duanya,” lanjut Haedar.
Haedar pun menutup pernyataannya dengan doa tulus. Ia berharap almarhum Rosyad Sholeh mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan. Ia menyebut kepergian tokoh tersebut bukan hanya kehilangan bagi keluarga, tapi juga kehilangan besar bagi Muhammadiyah dan bangsa Indonesia.
“Selamat jalan Pak Rosyad Sholeh. Semoga husnul khatimah, dilapangkan kuburnya, dan dibukakan pintu jannatun na’im baginya,” pungkas Haedar.(ef linangkung)